SOLOPOS.COM - Dua wanita membawa makanan yang dibagikan di wilayah Nyal, Sudan (Reuters/JIBI)

Solopos.com, OSLO– Lebih dari sepertiga populasi penduduk Sudan Selatan atau sekitar empat juta orang terancam kelaparan sampai akhir tahun ini sebagai akibat konflik di negara termuda tersebut.

Bentrokan antara pemberontak dengan pasukan pemerintah telah menghancurkan pasar dan memaksa warga untuk meninggalkan ternak dan ladang mereka.

Promosi BRI Sukses Jual SBN SR020 hingga Tembus Rp1,5 Triliun

“Petani harus menanam tanaman sekarang. Jika tidak dan jika mereka tidak mengembalakan ternaknya, warga akan kehabisan makanan,” kata kepala bantuan PBB, Valerie Amos.

Kekerasan berkecamuk di negara penghasil minyak itu pada bulan Desember tahun lalu menyusul perebutan kekuasaan antara Presiden Salva Kiir dan mantan wakilnya Riek Machar.

“Kita harus menghentikan pertempuran ini sehingga kita menyelamatkan nyawa rakyat,” kata Kiir dikutip Reuters, Rabu (21/5/2014).

Ribuan orang telah tewas dalam kekerasan etnis ini. Kedua tokoh tersebut diminta untuk menandatangani kesepakatan gencatan senjata pada bulan ini.

Malakal yang merupakan ibukota salah satu penghasil minyak utama di wilayah Sudan Selatan telah menjadi area yang banyak terjadi konflik .

“Kami perkirakan pada tahun ini, 1,5 warga akan terusir dari rumahnya, 850.000 mengungsi dan 4 juta di ambang kelaparan,” kata koordinator kemanusiaan PBB, Toby Lanzer di Sudan Selatan.

Para pejabat PBB di Oslo mengatakan mereka membutuhkan 1,8 miliar dollar AS atau sekitar 11 triliun rupiah, lebih tinggi angka sebelumnya sebesar 1,3 miliar dolar AS.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya