SOLOPOS.COM - Ilustrasi kekeringan (Dok/JIBI/Solopos)

Solopos.com, BOYOLALI–Enam kecamatan di Kabupaten Boyolali masuk dalam kategori wilayah rawan kekeringan. Menjelang musim kemarau tahun ini, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) setempat mulai berkoordinasi dengan sejumlah pihak terkait perihal penanggulangan masalah kekeringan itu.

Kepala bidang (kabid) Penanggulangan Bencana dan Kedaruratan BPBD Boyolali, Purwanto, menyebutkan enam kecamatan yang termasuk rawan kekeringan tersebut yakni Juwangi, Wonosegoro, Kemusu, Karanggede, Andong, dan Musuk. Dari enam kecamatan tersebut, tiga di antaranya, yaitu Kemusu, Wonosegoro, dan Juwangi, dinilai paling tinggi tingkat kerawanannya.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

“Sebagai persiapan, kami sudah mulai berkoordinasi dengan pihak-pihak terkait, antara lain dengan PDAM kaitannya dengan penyediaan mobil tangki untuk dropping air bersih, kemudian bagian Kesra [Bagian Kesra Setda Boyolali] serta Bakorwil [Bakorwil II Surakarta] agar jika ada pengajuan bantuan air bersih, bisa lebih cepat disalurkan,” papar Purwanto ketika dimintai informasi, Senin (9/6/2014).

Ditambahkan dia, sejauh ini BPBD Boyolali juga sudah berkomunikasi dengan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) untuk pengajuan dana penanganan daerah terdampak kekeringan untuk jangka panjang.

“Koordinasi dengan BNPB melalui BPBD provinsi [Provinsi Jateng] adalah untuk kepentingan pengadaan tandon air dan pembuatan sumur di daerah rawan kekeringan,” jelasnya.

Dia menambahkan, dropping air bersih dipastikan tidak akan dipungut biaya.

“Nantinya bila dropping air bersih sudah diperlukan, kami akan langsung berkoordinasi dengan kepala desa-kepala desa di wilayah terdampak kekeringan untuk proses distribusi air bersih tersebut,” imbuhnya.

Menurut informasi dari Badan Meteorologi dan Geofisika (BMKG) yang diterima BPBD, lanjut dia, musim kemarau tahun ini diperkirakan mencapai puncaknya Agustus-September mendatang.

Terpisah, Kades Jemowo, Kecamatan Musuk, Untung Widada, mengakui memasuki musim kemarau tahun ini sudah dirasakan dampaknya oleh sebagian warga desa tersebut.

“Saat ini warga sudah mulai membeli air bersih dengan harga sekitar Rp100.000/tangki atau per 5.000 liter. Itu masih sebatas warga yang tinggal di kawasan bawah,” ungkap Untung.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya