SOLOPOS.COM - Tanah di Jambon, Menjing, Jenawi, bergerak, Kamis (12/2/2015). Akibat kejadian itu sejumlah retakan tanah pun terjadi hingga merusak sebagian bangunan warga. (Bayu Jatmoko Adi/JIBI/Solopos)

Bencana Karanganyar, sebanyak 11 warga Seloromo mengungsi karena tanah tempat mereka tinggal bergerak.

Solopos.com, SOLO — Tanah di selatan Desa Seloromo, Kecamatan Jenawi, Karanganyar, dilaporkan turun sekitar 120 sentimeter dan telah membentuk tapal kuda sepanjang 500 meter.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Panjang retakan mencapai 400 meter dengan kemiringan 45 derajat. Tiga keluarga yang terdiri atas 11 orang di radius potensial terdampak longsor diungsikan ke masjid setempat. Baca juga: Rekahan Tanah Jenawi Kian Lebar, 12 Rumah Terancam Longsor

“Tadi saya cek lokasi. Kondisinya memang sudah membentuk tapal kuda, panjang retakan 400 meter, kedalaman 120 sentimeter, dan kemiringan 45 derajat,” tutur Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Karanganyar, Nugroho, saat dihubungi Solopos.com melalui telepon, Selasa (15/11/2016).

Nugroho mengaku sudah mendirikan pos pengungsian sementara bagi warga di masjid setempat. Sebanyak 11 jiwa yang tinggal di tiga rumah diminta mengungsi di pos tersebut.

“Tempat pengungsian kami tentukan di masjid. Sudah dibuka, dinyatakan sebagai posko pengungsian. Hanya sifatnya masih situasional. Warga masih bolak-balik ke rumah,” imbuh dia.

Ditilik dari kondisi retakan, menurut Nugroho, potensi terjadinya tanah longsor cukup tinggi, terutama saat hujan mengguyur. Bahkan dia menilai area yang akan longsor begitu luas.

“Di bawah titik retakan ada aliran sungai, tanah di area retakan tergolong gembur dan di bagian atas retakan minim pepohonan. Kami lihat dari titik nol sudah berbentuk tapal kuda,” tambah dia.

Menilik kondisi itu, Nugroho menyatakan kewaspadaan penuh mutlak dilakukan. Forum komunikasi pimpinan kecamatan, termasuk pengurus RT/RW, diminta terus memantau kondisi retakan.

“Setiap mendung, apalagi gerimis, hujan, wajib mengungsi. Warga setiap malam saya suruh memantau daerahnya, bisa dengan siskamling. Bila ada pergerakan tanah, laporkan,” imbau dia.

Nugroho mengaku sudah memasang alat pendeteksi gerakan tanah menggunakan ranting dan batang kayu. Alat manual tersebut akan berubah posisi bila terjadi gerakan tanah.

Terpisah, Kepala Desa (Kades) Seloromo, Roni Suwarno, saat dihubungi Solopos.com, Selasa, menyatakan lokasi tanah bergerak terletak di Dukuh Pokoh RT 005/RW 001, Seloromo.

Tapi, menurut dia, warga yang terancam longsor ada lima keluarga atau 19 jiwa. Pemerintah dan BPBD telah menetapkan tempat pengungsian di musala sekitar 20 meter dari titik retakan.

“Warga mengungsi saat hujan deras dan malam hari. Dari BPBD dan pemerintah kecamatan sudah cek lokasi. Logistik pengungsi juga sudah disiapkan di rumah Pak RT,” terang dia.

Roni menjelaskan sebetulnya retakan sudah muncul akhir 2006. Tapi belakangan retakan tanah kian parah dan berpotensi longsor. “Sekarang warga kami minta waspada,” kata dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya