SOLOPOS.COM - Kepala Pelaksana BPBD Karanganyar, Nugroho (kanan, pakai topi), memberikan pengarahan kepada warga yang tinggal di dekat retakan tanah di Seloromo, Jenawi, Selasa (15/11/2016). (JIBI/Solopos/Dokumentasi BPBD Karanganyar)

Bencana Karanganyar, potensi longsor akibat retakan tanah di Seloromo diprediksi cukup besar.

Solopos.com, KARANGANYAR — Pergerakan tanah yang terus terjadi di Dukuh Pokok RT 005/RW 001 Desa Seloromo, Kecamatan Jenawi, Karanganyar, diprediksi akan berdampak longsor dalam 30 hari ke depan.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Hal tersebut disampaikan Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Karanganyar, Nugroho, saat ditemui wartawan di sela-sela kegiatan tirakatan HUT ke-99 Kabupaten Karanganyar, Kamis (17/11/2016) malam.

“Ditilik dari kondisi retakan tanah yang sudah membentuk tapal kuda sepanjang 500 meter, prediksi saya tidak lebih dari 30 hari ke depan terjadi longsor. Apalagi bila hujan terus turun. Ini hitungan kasat mata,” ujar dia.

Ekspedisi Mudik 2024

Prediksi Nugroho mendasarkan semakin turunnya bagian tanah sejak kali pertama ditemukan, Senin (14/11/2016). Saat ini penurunan tanah mencapai 125 sentimeter. Padahal saat kali pertama ditemukan, penurunan tanah 120 sentimeter. Baca juga: Tanah Bergerak, 11 Warga Seloromo Mengungsi

“Setiap hari tanah bergerak turun antara 1,5 sentimeter hingga dua sentimeter. Di retakan pertama, titik nol, tanah sudah berongga. Kaki orang dewasa saja bisa masuk, lebarnya sudah sekitar 20 cm,” sambung dia.

Bila nanti terjadi longsor, Nugroho memprediksi volume materialnya dua kali lipat lebih banyak dari longsor di Dusun Tasin, Beruk, Jatiyoso, Februari 2016. Sedangkan karakteristik tanah longsor berupa luncuran, bukan rayapan.

“Tapi secara teknis kita tunggu hasil kajian tim dari Badan Geologi Kementerian ESDM. Kami sudah layangkan surat kepada mereka. Mudah-mudahan dalam waktu dekat tim langsung diturunkan untuk pengecekan,” kata dia.

Nugroho mengakui munculnya ancaman longsor di Seloromo di luar dugaan BPBD. Selama ini tidak pernah ada laporan dari masyarakat maupun jejaring sukarelawan tanggap bencana ihwal adanya retakan tanah di Seloromo.

Padahal retakan tanah sudah ada sejak 2008 silam. Hanya saja saat itu retakan belum sebesar saat ini. “Kondisi sekarang tiga keluarga kita ungsikan ke masjid. Dua keluarga di bagian atas juga perlu ikut mengungsi,” imbuh dia.

Nugroho mengimbau masyarakat mengutamakan keselamatan jiwa ketimbang harta benda di rumah. Bila memang situasi dan kondisi dipandang membahayakan, warga diminta langsung menyelamatkan diri.

Terpisah, Kades Seloromo, Roni Suwarno, mengonfirmasi adanya pergerakan tanah dari hari ke hari. Untuk mengantisipasi jatuhnya korban jiwa, tiga keluarga di titik rawan longsor diungsikan di musala pada malam hari.

Kepala rumah tangga tiga keluarga itu yakni Citro Wiyono, Gimanto, dan Budiyarto. “Totalnya ada 11 jiwa. Sesuai petunjuk BPBD, pada malam hari tiga keluarga ini sudah mengungsi ke musala. Apalagi bila hujan,” tutur Roni.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya