SOLOPOS.COM - Ratusan warga Desa Jati Wetan, Kecamatan Jati, Kabupaten Kudus, Jawa Tengah mengungsi di aula Balai Desa Jati Wetan, Senin (19/2/2018). (JIBI/Solopos/Antara/Akhmad Nazaruddin Lathif)

Bencana banjir yang menggenangi Kudus, Jateng menyebabkan ratusan warga harus mengungsi.

Semarangpos.com, KUDUS — Sebanyak 238 warga Kecamatan Jati, Kabupaten Kudus, Jawa Tengah, sejak Jumat (16/2/2018) malam, mengungsi menyusul tergenangnya pemukiman mereka oleh banjir yang dipicu tingginya curah hujan di wilayah setempat.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Kepala Desa Jati Wetan Suyitno di Kudus, Senin (19/2/2018), menyatakan Desa Jati Wetan, Kecamatan Jati, Kabupaten Kudus sejatinya dilanda banjir sejak 12 hari yang lalu, namun ketinggian genangan masih terbilang rendah sehingga warga masih bisa beraktivitas. Namun, Jumat malam, ketinggian genangan air mulai meningkat dan beberapa rumah warga memang tidak memungkinkan lagi untuk ditempati.

Awalnya, kata dia, jumlah warga yang mengungsi saat itu hanya belasan orang yang berasal dari Dukuh Gendok, Tanggulangain, serta Barisan. Kemudian, lanjut dia, jumlah pengungsi semakin bertambah, sehingga Senin ini jumlah total mereka mencapai 72 keluarga dengan jumlah jiwa mencapai 238 orang.

“Sejumlah warga yang mengungsi memang mulai mengeluh terserang kutu air. Sejak ada pengungsi, tim kesehatan dari Puskesmas Jati sudah melakukan pengobatan gratis,” ujarnya. Bahkan, lanjut dia, mereka hadir secara rutin untuk mengecek kondisi kesehatan pengungsi, mengingat banyaknya anak balita di antara para pengungsi bencana banjir di Kudus, Jateng itu.

Untuk stok logistik makanan bagi para korban bencana banjir di Kudus, Jateng itu, diakuinya, cukup melimpah karena banyaknya bantuan dari masyarakat. Badan Penanggulangan Bencana daerah (BPBD) Kudus juga menyediakan dapur umum sehingga kebutuhan makan para pengungsi terjamin.

Akibat banjir karena curah hujan tinggi tersebut, juga mengakibatkan empat sekolah di desa setempat terkena dampak. “Meskipun kebanjiran, pelajar masih tetap sekolah karena diberikan pelayanan antar jemput menggunakan perahu,” ujarnya.

Markamah, salah seorang pengungsi mengaku, bertahan di rumah sejak dua pekan dengan kondisi lingkungan rumahnya dilanda banjir. Karena ketinggian genangan semakin meningkat, dia bersama keluarga akhirnya memutuskan untuk mengungsi di Balai Desa Jati Wetan.

Apalagi, kata dia, tempat tidurnya juga sudah tidak bisa ditempati karena ketinggian hingga 50 cm lebih. Selain itu, dia mengaku mulai terserang kutu air pada kakinya sehingga memutuskan untuk mengungsi.

Sumarmi, guru SDN 3 Jati Wetan mengakui, sejak sepekan SDN 3 Jati dilanda banjir dan ketinggian genangan banjir di halaman mencapai lutut orang dewasa. Meski demikian, genangan air belum sampai masuk ruang kelas sehingga proses belajar mengajar masih bisa dilaksanakan secara normal.

Hanya saja, dia menyayangkan perahu karet baru baru tersedia Senin ini. Padahal para pelajar sangat membutuhkan peranti tersebut ketika berangkat ke sekolah.

Beberapa siswa, lanjut dia, memang dipersilakan masuk sekolah ke SD lain yang tidak terkena banjir, yakni SDN 1 Jati Wetan, namun banyak siswanya yang lebih memilih tetap sekolah di SDN 3 Jati Wetan.

KLIK dan LIKE di sini untuk lebih banyak berita Semarang Raya

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya