SOLOPOS.COM - Ilustrasi musrenbang (JIBI/Solopos/Dok.)

Solopos.com, SRAGEN — Kurangnya kualitas perencanaan pembangunan menjadi problem yang dihadapi setiap tahun  Kelurahan Sine, Kecamatan Sragen Kota, Sragen. Dampaknya, pembangunan tidak sesuai baik sasaran dan kebutuhan serta tidak tepat guna dan mutu.

Atas dasar kondisi itulah Lurah Sine, Gilang Akbar Dahana, membikin inovasi berupa Sistem Optimalisasi Data Usulan Musrenbang yang disingkat Sop Duren.

Promosi Selamat! Direktur Utama Pegadaian Raih Penghargaan Best 50 CEO 2024

Saat berbincang dengan Solopos.com, Jumat (26/4/2024), Gilang mengungkapkan Sop Duren ini hadir dilatarbelakangi lemahnya kualitas perencanaan pembangunan di Kelurahan Sine. Dia melihat masyarakat tidak begitu paham dengan apa yang dibutuhkan sehingga usulan pembangunannya pun seperti yang sudah disebutkan.

Selama ini usulan perencanaan pembangunan dalam musyawarah perencanaan pembangunan (musrenbang) kelurahan disampaikan dengan mengisi formulir oleh ketua RT, Ketua RW, dan kelompok masyarakat lainnya.

Usulan itu kemudian di-input ke kelurahan untuk menentukan skala prioritas yang akan didanai dengan dana kelurahan yang bersumber dari APBD. Ketika waktunya singkat maka kelurahan tidak memungkinkan untuk mengecek ke lokasi untuk memastikan usulan sesuai kebutuhan atau belum.

“Ketika proses verifikasi usulan itu kurang optimal maka terjadi usulan pembangunan di APBD penetapan harus digeser ke APBD Perubahan karena sasarannya tidak tepat atau tidak sesuai. Misalnya, usulan jalan hotmix ternyata lokasi masih berupa jalan usaha tani, kan tidak sesuai,” jelasnya.

Atas dasar itulah, Gilang melahirkan inovasi Sop Duren lewat diklat pimpinan IV yang diikutinya. Dia menjelaskan Sop Duren ini merupakan aplikasi usulan perencanaan pembangunan berbasis Google form dengan tampilan yang lengkap tetapi mudah dipahami dan fiturnya sederhana. Dia mengatakan dengan fitur sederhana itu memudahkan ketua RT atau RW yang sudah sepuh-sepuh menggunakannya.

“Misalnya RT di Wonowoso ketika mengklik namanya, Pak Sadimin, otomatis langsung keluar nama lengkap, asal kampung dan RT/RW. Usulannya pembangunan fisik atau pemberdayaan. Ketika mengeklik tool pembangunan fisik maka langsung muncul pilihan pekerjaan fisik yang akan diusulkan, seperti pengecoran jalan, aspal jalan, pembangunan talut, dan seterusnya,” terang Gilang.

Hal yang paling krusial yang harus diisi dalam aplikasi itu adalah foto lokasi yang akan dibangun atau diusulkan. Dari foto itulah petugas kelurahan bisa memverifikasi secara cepat usulan yang sesuai sasaran, tepat kebutuhan, tepat guna, dan tepat mutu.

Gilang menekankan perencanaan pembangunan yang baik itu dari bottom up alias berdasarkan usulan dari bawah ke atas. Pemerintah Kelurahan Sine bertanggungjawab untuk mengedukasi warga tentang perencanaan pembangunan yang sesuai kebutuhan, tepat guna, dan tepat mutu.

“Jadi warga inginya jalan halus tetapi kalau saluran dan selokannya tidak optimal ya sama saja. Di sisi lain alokasi dana kelurahan itu terbatas sehingga penggunaan benar-benar tepat sasaran. Inovasi Sop Duren ini kami buat pada 2022 dan diaplikasikan pada 2023 untuk perencanaan di 2024. Sekarang kami merasakan betul manfaatnya sehingga pelaksanaan dana kelurahan sesuai dengan perencanaan yang diharapkan,” ujar Gilang.

Ia mengaku sering ada kegiatan yang digeser dari APBD ke APBD Perubahan sebelum ada Sop Duren. Kini, sudah tidak ada lagi  pergeseran daftar pelaksanaan anggaran (DPA).

Aplikasi Sop Duren ternyata sudah direplikasi kabupaten lain, seperti Mojokerto, Solo, Magelang, Wonogiri, dan Ngawi. Dengan Sop Duren, Pemerintah Kelurahan memiliki semacam bank data perencanaan pembangunan dari usulan dari 32 RT dan 13 RW yang menyebar di 13 kampung.

“Porsi dana kelurahannya pada 2024 sekitar Rp898 juta. Hampir sama dengan tahun-tahun sebelumnya. Usulan yang masuk lewat Sop Duren mencapai 90 usulan perencanaan setiap tahun tetapi yang bisa diakomodasi hanya 17 usulan karena keterbatasan anggaran. Kami mengupayakan pemerataan pembangunan sehingga 17 usulan yang disetujui itu sudah mencakup 13 kampung,” katanya.

Ketua RW 007, Kampung Kadipolo, Sine, Taryono, menyambut baik Sop Duren karena sangat bermanfaat dan memudahkan masyarakat. Masyarakat kini tidak perlu mengisi formulir dan datang ke kelurahan untuk mengajukan usulan, tetapi tinggal mengirim file dari rumah via aplikasi Sop Duren.

“Jadi Sop Duren ini lebih praktis. Bagi RT dan RW tidak sudah. Kami pernah mengajukan hotmick jalan dan talut langsung bisa masuk,” katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya