SOLOPOS.COM - Warga Desa Sumberwungu, Tepus sedang mengantre air yang disalurkan oleh Kepolisian DIY dengan menggunakan water canon, Jumat (18/9/2015). (JIBI/Harian Jogja/Uli Febriarni)

Bencana Gunungkidul diantisipasi melalui pendataan daerah rawan kekeringan

Harianjogja.com, GUNUNGKIDUL – Memasuki masa pancaroba, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Gunungkidul akan melakukan pendataan terhadap daerah rawan kering saat musim kemarau. Untuk tahun ini, Pemkab mengalokasikan anggaran dropping air sebesar Rp700 juta.

Promosi Antara Tragedi Kanjuruhan dan Hillsborough: Indonesia Susah Belajar

Kepala Seksi Kedaruratan dan Logistik BPBD Gunungkidul Sutaryono mengatakan, pihaknya bersiap melakukan pendataan terhadap daerah rawan kering. Upaya ini dilakukan untuk mengantisipasi krisis air bersih saat musim kemarau.

“Secara gambaran, di Gunungkidul khususnya di wilayah selatan masih ada yang kekurangan air saat kemarau. Untuk itu, daerah tersebut akan kami data guna pelaksanaan program dropping air,” kata Sutaryono kepada wartawan, Kamis (30/3/2017).

Dia menjelaskan, program penyaluran air bersih yang dilakukan Pemkab sedikit mengalami perubahan. Biasanya program tersebut ditangani oleh Dinas Sosial, namun mulai tahun ini kewenangan tersebut dilimpahkan ke BPBD.

“Tidak ada masalah dan untuk alokasi dana dropping pemkab menyediakan alokasi Rp700 juta,” ujarnya.

Sutaryono menambahkan, meski ada perubahan dalam pengelolaan, namun secara teknis tidak banyak berubah. Sebab bantuan air bersih akan diberikan ke daerah-daerah yang kekurangan, namun dengan catatan ada permintaan secara resmi dari pemerintah desa setempat. “Langkah ini dilakukan agar bantuan dapat tepat sasaran,” katanya lagi.

Sementara itu, Kepala Pelaksana BPBD Gunungkidul Budhi Harjo menambahkan, selain melakukan upaaya pendataan potensi daerah rawan kekeringan, di masa pergantian musim ini warga masyarakat diminta tetap waspada terhadap potensi musibah bencana alam.

Menurut dia, jika dilihat dari karakteristik cuaca, saat musim pancaroba, potensi bencana didominasi embusan angin kencang. “Potensi bencana seperti banjir dan longsor tetap ada seiring hujan yang masih turun, tapi untuk saat sekarang yang lebih diwaspadai adalah embusan angin kencang,” katanya.

Menurut dia, untuk potensi angin kencang tersebar secara merata di seluruh wilayah. Oleh karenanya, Budhi meminta kepada masyarakat untuk terus berhati-hati dan waspada. Salah satu kewaspadaan agar terhindar dari sapuan angin kencang dengan jalan memperhatikan lingkungan sekitar.

“Antisipasi bisa dilakukan dengan memotong dahan ranting yang telah rimbun atau memperbaiki konstruksi bangungan rumah. Potensi angin kencang tidak hanya merobohkan pepohonan, namun juga bisa menyasar ke rumah-rumah warga,”  katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya