SOLOPOS.COM - Warga Dukuh Citran, Desa Jrakah, Selo, berada di tepi Sungai Gratan, Senin (21/3/2016), yang dipenuhi material batu dan pasir akibat banjir dari Gunung Merbabu pada Minggu (20/3/2016). (Hijriyah Al Wakhidah/JIBI/Solopos)

Bencana Boyolali, petani di Jrakah, Selo masih menunggu sikap Pemkab Boyolali dalam penanganan dampak bencana banjir bandang.

Solopos.com, BOYOLALI–Pemerintah Desa (Pemdes) Jrakah, Kecamatan Selo, masih menunggu tindak lanjut dari Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Boyolali terkait penanganan dampak bencana banjir bandang yang menimpa wilayah tersebut pada Minggu (20/3/2016) lalu.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Sebanyak 21 petani yang kehilangan lahan dan hasil panen akibat tertimbun material batu pasir saat banjir berharap ada bantuan dari pemerintah. “Total kerugian petani yang kehilangan lahan berkisar Rp600 juta. Sampai saat ini mereka belum bisa kembali bercocok tanam karena lahan mereka masih tertutup material batu dan pasir,” kata Kades Jrakah, Slamet, saat berbincang dengan Solopos.com, Kamis (7/4/2016).

Mayoritas petani yang kehilangan lahan adalah petani sayuran. Saat bencana terjadi, mayoritas lahan sedang ditanami cabai.  Selain menerjang lahan pertanian, banjir bandang juga menghanyutkan dua jembatan yakni jembatan penghubung Dukuh Citran,Jrakah dengan Dukuh Gratan, Wonolelo serta jembatan penghubung Dukuh Citran dengan Dukuh Tempel, Wonolelo. “Sudah ada tim dari Dinas Pekerjaan Umum dan ESDM [DPU dan ESDM] yang meninjau ke lokasi namun kami belum tahu apakah nanti bisa dibangun lagi atau tidak.”

Saat ini, material batu dan pasir masih menutupi aliran Sungai Gratan dan Sungai Tempel. Warga tidak berani mengotak-atik material tersebut karena masyarakat juga masih waspada terhadap potensi bencana susulan. “Curah hujan masih sangat tinggi jadi warga kami tetap waspada,” kata Slamet.

Tim Siaga Desa (TSD) Jrakah akan menyusuri kembali sumber mata air di Gunung Merbabu untuk memastikan apakah sumber mata air pemicu banjir bulan lalu masih ada atau tidak.

“Pekan depan TSD kami akan ke Merbabu. Ini sudah kami bahas bersama warga, rencananya 19 anggota TSD mengecek lagi ke gunung. Jika memang sumber mata air itu masih dianggap berbahaya akan kami sampaikan ke instansi terkait untuk antisipasi. Kalau penyebabnya adalah hutan gundul, artinya harus ada reboisasi.”

Pekan lalu, tim dari Forum Kewaspadaan Dini Masyarakat (FKDM) Boyolali meninjau ke lokasi banjir bandang Jrakah. Ketua FKDM Boyolali, Taryono, menjelaskan FKDM akan membahas hasil survei dan akan memberikan beberapa rekomendasi kepada Pemkab Boyolali terkait penanganan dan antisipasi bencana susulan di wilayah Jrakah.

“Harapannya segera ada tindak lanjut untuk penanganan. Selain itu, pemerintah juga harus punya langkah-langkah strategis untuk mengantisipasi bila terjadi banjir yang disertai material batu dan pasir.”

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya