SOLOPOS.COM - Gunung Merapi (Gigih M. Hanafi/JIBI/Harian Jogja)

Bencana Boyolali, fenomena alam yang dikenal dengan istilah Grubukan terjadi di lereng Gunung Merapi.

Solopos.com, BOYOLALI–Fenomena alam berupa hujan diserta angin kencang mulai melanda kawasan lereng Gunung Merapi dan Merbabu.

Promosi Pegadaian Buka Lowongan Pekerjaan Khusus IT, Cek Kualifikasinya

Menurut masyarakat lereng Merapi dan Merbabu, fenomena alam yang hadir berbarengan dengan peningkatan curah hujan sering disebut dengan grubukan. Suhu udara juga menjadi sangat rendah kisaran 25 derajat Celcius. Kondisi ini sudah terjadi selama hampir sepekan.
“Ini bagian dari kearifan lokal. Angin kencang disertai gerimis ini namanya grubukan,” ujar Camat Selo, Wurlaksono, kepada Solopos.com, Kamis (4/2/2016).

Meskipun grubukan dinilai tidak berbahaya, namun masyarakat tetap diminta mulai waspada. Grubukan sebagai penanda peralihan musim dan peringatan kepada masyarakat agar waspada dengan potensi bencana yang bisa saja terjadi saat musim penghujan.

Kabid Kedaruratan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Boyolali, Purwanto, menjelaskan grubukan sudah menjadi fenomena alam rutin di lereng Merapi dan Merbabu. Angin ini bertiup dari arah arah timur dan selatan Gunung Merapi. “Angin ini cukup berbahaya sebenarnya. Sejak zaman nenek moyang, mereka sudah menyiasati dengan tidak meninggikan bangunan rumah. Coba kalau di lihat, rumah penduduk di Selo dan sekitarnya biasanya pendek-pendek, memang untuk menghindari bahaya grubukan,” kata Purwanto.

Grubukan berpotensi terjadi selama puncak musim penghujan. Pada bagian lain, BPBD juga memetakan kawasan rawan bencana puting beliung dan angin topan. Puting beliung berpotensi melanda kawasan Karanggede, Klego, Nogosari dan Ngemplak. Sedangkan angin topan rawan terjadi di Kecamatan Cepogo, Boyolali Kota, Mojosongo, dan Musuk.

Berdasarkan kajian Badan Meteorologi Geofisika dan Klimatologi (BMKG), kawasan tersebut mendapat pengaruh dari anomali cuaca yang kebetulan letak pusarannya ada di wilayah Boyolali bagian utara.

“Jadi, kalau menurut perkiraan bahwa puncak hujan terjadi di Februari ini, maka kawasan-kawasan itu harus mulai waspada. Andong di luar peta rawan, tetapi Januari lalu sempat terkena amukan angin kencang,” kata Purwanto.

Sebagai antisipasi, BPBD mulai mengaktifkan posko lapangan di tiap-tiap kecamatan. Posko lapangan bertugas untuk antisipasi dan penanganan cepat serta pelaporan cepat ke posko induk BPBD. “Ada petugas Polsek, koramil, dan seksi trantib kecamatan. Sudah kami aktifkan mulai 18 Januari lalu,” imbuh dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya