SOLOPOS.COM - Ambrolnya talut Sungai Oya di Dusun Wunut, Desa Sriharjo, Kecamatan Imogiri meluas. Akibatnya jalan terkikis habis dan teras rumah Wakimin retak, Selasa (30/1/2018). (Harian Jogja/Rheisnayu Cyntara)

Tim Tanggap Darurat Bencana Tanah Geologi, Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) telah meninjau lokasi yang disiapkan untuk relokasi

 
Harianjogja.com, BANTUL –Tim Tanggap Darurat Bencana Tanah Geologi, Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) telah meninjau lokasi yang disiapkan untuk relokasi warga Dusun Wunut, Desa Sriharjo, Kecamatan Imogiri.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Namun kunjungan tersebut belum berlanjut pada keputusan ataupun rekomendasi apakah lahan tersebut layak untuk relokasi atau tidak.

Hal tersebut disampaikan oleh Kepala Dusun Wunut, Sugiyanto. Menurutnya beberapa waktu yang lalu PVMBG telah mendatangi dua lokasi yang disiapkan untuk lahan relokasi.

Dua lokasi tersebut berada di tanah kas desa di Dusun Kedungmiri, masing-masing seluas 2500 meter persegi. Selain itu, menurutnya pihak Pemdes Sriharjo pun telah menyiapkan satu lokasi lainnya.

Namun hingga kini pihaknya belum berkoordinasi dengan Pemdes terkait rencana relokasi ini. “Keputusan kelayakan juga belum ada. PVMBG baru survey saja,” ucapnya, Senin (12/3/2018).

Sugiyanto memperkirakan lahan yang telah disiapkan tersebut bakal cukup menampung 16 KK. Dengan catatan tiap KK rata-rata mendapatkan sekitar 100 meter persegi untuk mendirikan rumah baru. Namun Sugiyanto mengakui hingga kini sebagian warga yang rumahnya rawan tergerus longsor masih berkeras untuk tidak mau pindah.

Padahal menurutnya, rumah lima KK diantaranya sudah sangat kritis dan harus segera dipindahkan. Oleh sebab itu, pihaknya masih menunggu keputusan dan koordinasi dari pihak Pemdes, keputusan PVMBG, dan skema relokasi BPBD.

“Sistemnya nanti ditanggung penuh oleh pemerintah atau bagaimana kami belum tahu,” imbuhnya.

Sambil menunggu hal tersebut, Sugiyanto masih mengusahakan cara-cara persuasif untuk membujuk warganya agar mau direlokasi.

Sementara itu, Pelaksana Harian Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Bantul, Dwi Daryanto mengaku memang telah meminta pihak desa untuk menyiapkan lahan relokasi secepatnya.

Pasalnya belum tentu lahan yang disiapkan itu layak, sebab harus lolos penilaian dari PVMBG. Itu untuk memastikan lahan tersebut aman jika digunakan untuk permukiman. Jika dinilai tidak aman, maka Pemdes harus mencari lokasi lain untuk relokasi.

“Pemdes harus bersiap. Saat kebijakan turun, jika memang harus relokasi sudah siap,” katanya.

Lebih lanjut Dwi menuturkan meskipun rekomendasi awal dari PVMBG sudah keluar, namun pihaknya masih menunggu penilaian secara menyeluruh apakah bantaran Sungai Oya tersebut masih layak untuk digunakan sebagai permukiman warga atau harus dikosongkan seluruhnya.

Jika dianggap terlalu rawan untuk permukiman, pihaknya tengah menimbang menjadikan lokasi tersebut sebagai tempat wisata. Namun Dwi menegaskan hal itu butuh koordinasi dengan berbagai pihak dan butuh kajian yang komprehensif. Status kepemilikan tanah warga juga harus dipertimbangkan.

Terkait pencegahan makin meluasnya tanah yang ambrol, Dwi mengaku saat curah hujan masih tinggi seperti sekarang ini, pihaknya belum bisa mengambil banyak tindakan. Sebab meski dibuatkan bronjong sementara, hal itu tidak bakal banyak berarti karena arus masih deras.

Langkah termudah yang bisa dilakukan masyarakat menurutnya adalah segera pindah dari bantaran sungai. Sedangkan untuk membangun setpile (dinding turap) butuh biaya yang besar.

Belum lagi, Dwi menyebut, saat kondisi alam berubah teknologi turap belum tentu aman. “Untuk memperbaiki kalkulasi dananya lebih banyak,” imbuhnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya