SOLOPOS.COM - Ilustrasi (JIBI/SOLOPOS/Agoes Rudianto)

Solopos.com, MOJOLABAN-Semakin tingginya debit air Sungai Bengawan Solo membuat warga Desa Laban, Mojolaban, Sukoharjo yang tinggal di bantaran sungai tersebut meningkatkan kewaspadaan.

Sebab selama ini kawasan bantaran Sungai Bengawan Solo di Desa Laban tepatnya di Dukuh Mojo selalu terendam air saat musim penghujan. Penjelasan tersebut disampaikan Kepala Desa (Kades) Laban, Sugino saat dihubungi solopos.com melalui telepon seluler, Selasa (28/1/2014).

Promosi Beli Emas Bonus Mobil, Pegadaian Serahkan Reward Mobil Brio untuk Nasabah Loyal

“Kondisi saat ini berpotensi banjir [di bantaran], tapi belum,” katanya. Dia menjelaskan pada Januari 2013 banjir juga melanda bantaran Sungai Bengawan Solo dengan ketinggian 1-2 meter. Saat banjir datang, menurutnya warga selalu mengungsi di tanggul.

Ekspedisi Mudik 2024

Situasi tersebut diakuinya sangat membahayakan warga utamanya golongan anak-anak dan orang lanjut usia (lansia). Untuk itu Sugino kembali mengusulkan program relokasi warga bantaran. “Solusi satu-satunya adalah relokasi warga dari bantaran,” ujarnya.

Jumlah warga bantaran Sungai Bengawan Solo di Desa Laban tercatat 67 keluarga terdiri 230 jiwa. Dari jumlah itu, sekitar 80 persen warga menempati tanah yang berstatus hak milik (HM). “Jumlah rumahnya belum terdata pasti, tapi mayoritas di tanah HM,” imbuhnya.

Penjelasan senada disampaikan Kades Gadingan, Mojolaban, Asih Suroso kepada Espos. Menurut dia jumlah rumah warga bantaran Sungai Bengawan Solo di wilayahnya mencapai 200 unit. Sebagian rumah tersebut berdiri di tanah negara, sebagian lagi tanah HM.

Warga yang tinggal di bantaran selalu dibayangi bahaya banjir Sungai Bengawan Solo saat penghujan. Dia mengakui, solusi permanen dari persoalan tersebut adalah relokasi warga. “Jumlah warga bantaran di Gadingan paling banyak dibandingkan desa lain,” terangnya.

Terpisah, Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sukoharjo, Suprapto mengakui opsi relokasi warga bantaran Sungai Bengawan Solo merupakan solusi tepat mengatasi persoalan banjir. Namun menurutnya opsi tersebut harus dikaji dan dibahas bersama semua pihak.

Pasalnya program relokasi menyangkut hidup banyak orang (warga) dan ketersediaan anggaran. Saat ini BPBD tengah mendata data by name dan by adress warga yang tinnggal di Sungai Bengawan Solo. Bila nanti dibutuhkan sebagai pijakan program, data tersebut bisa digunakan.
“Saya sudah diskusi-diskusi dengan pak lurah dan pak kades. Opsi relokasi memang bagus dan harus jadi pemikiran bersama. Namun untuk jangka waktu ini kami fokus pemetaan daerah rawan bencana, termasuk jumlah dan data by name warga bantaran,” papar dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya