SOLOPOS.COM - Ilustrasi cuaca ekstrem berupa hujan deras. (JIBI/Dok)

Talud ambrol tersebut berada di RW 03 Kelurahan Pakuncen, Kecamatan Wirobrajan.

Harianjogja.com, JOGJA-Hujan deras yang mengguyur wilayah Kota Jogja dan sekitarnya, Selasa (27/9/2016) malam sampai pagi hari kemarin menyebabkan talud Sungai Winongo ambrol. Talud ambrol tersebut berada di RW 03 Kelurahan Pakuncen, Kecamatan Wirobrajan.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Talud ambrol sepanjang sekitar tujuh meter, ketinggian dua meter dan lebarnya tiga meter,” kata Ketua Forum Komunikasi Winongo Asri (FKWA), Oleg Yohan di Balai Kota Jogja, Rabu (28/9/2016).

Ekspedisi Mudik 2024

Oleg mengatakan talud yang ambrol tersebut baru dibangun setahun lalu. Namun penyebab ambrolnya itu, karena gerusan air karena talud itu tepat berada di tikungan aliran Winongo. Selain itu, kata dia, juga adanya penambangan pasir di sekitar longsornya talud.

Menurut dia, talud yang posisinya berada di tikungan aliran sungai rawan longsor sehingga perlu ada solusi penguatan talud. Sepanjang tahun ini diakuinya sudah terjadi empat kali ambrol talud di sepanjang aliran Sungai Winongo sudah.

Ketua Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Jogja, Agus Winarto mengatakan dari laporan yang diterimanya, selain talud ambrol, juga terjadi pohon tumbang yang menimpa satu rumah milik Suparjiyo di wilayah Bumijo, Jetis, Jogja. Pihaknya sudah melakukan langkah penanganan darurat dengan menutup sementara dengan terpal, “Supaya longsor tidak melebar jika tertimpa hujan lagi,” ujar Agus.

Sementara itu, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) DIY telah mengeluarkan imbauan agar kepala daerah menyiapkan langkah antisipasi menghadapi potensi bencana.

Kepala Pos Klimatologi, BMKG, Djoko Budiono awal musim hujan di DIY diperkirakan maju dari normalnya dengan sifat hujan normal diatas normal. Musim hujan di wilayah Sleman, Kota, Bantulm dan Kulonprogo dimulai awal September. Sementara di Gunungkidul hujan baru turun pada awal Oktober mendatang.

“Pada awal Oktober terdapat potensi curah hujan tingggi yaitu 300 mili meter di daerah Sleman dan Kulonprogo bagian utara,” kata Djoko.

Djoko mengatakan saat ini adalah masa pancaroba atau peralihan musim kemarau ke musim hujan. Peralihan musim ini berpotensi terjadi cuaca ekstrim seperti hujan lebat dengan curah hujan diatas 50 mili meter per hari, petir, dan angin kencang dengan kecepatan diatas 45 kilometer per jam. Sementara suhu maksimum pada siang hari mencapai 37 derajat selsius. “Cuaca tersebut berpotensi menyebabkan banjir, longsor, pohon tumbang, dan sambaran petir,” kata dia.

Kepala Badan Lingkungan Hidup (BLH) Kota Jogja, Suyana mengatakan untuk mengantisipasi pohon tumbang, pihaknya berupaya melakukan pemangkasan secara berkala. Namun diakuinya masih ada puluhan pohon tumbang seperti di Jalan Jenderal Sudirman, Kotabaru, Jalan Afandi, Jalan Timoho, dan sekitar Stadion Mandalakrida.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya