SOLOPOS.COM - Pemilik Taman Bunga Amaris, Wartini sedang membersihkan rumput yang tumbuh bersama tanaman bunga amaris, di taman sebelah rumahnya, Dusun Ngasemayu, Desa Salam, Kecamatan Patuk, Gunungkidul. Minggu (15/1/2017). (Irwan A. Syambudi/JIBI/Harian Jogja)

Solopos.com, JAKARTA-Tumbuhan seringkali dianggap sebagai benda mati yang tidak dapat berbicara. Faktanya tumbuhan dapat mengeluarkan dan mendengarkan suara sehingga dapat merespons rangsangan yang diberikan oleh manusia.

Tumbuhan mengembangkan respons biokimia yang kompleks dan kemampuan untuk secara dinamis mengubah pertumbuhannya sebagai respons sinyal lingkungan termasuk cahaya, gravitasi, suhu, sentuhan dan bahan kimia yang diproduksi oleh organisme sekitarnya.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Sinyal-sinyal yang ditangkap oleh tumbuhan dapat membantu memaksimalkan pertumbuhan dan keberhasilan reproduksi, mempersiapkan dan melawan stres, dan membentuk hubungan yang saling menguntungkan dengan organisme lain seperti jamur dan bakteri.

Pada 2019, para peneliti menunjukkan dengungan lebah dapat menyebabkan tanaman menghasilkan nektar yang lebih manis. Dilansir melalui abc.net sebuah tim yang dipimpin oleh Lilach Hadany juga melakukan penelitian nektar lebah. Mereka telah merekam suara udara yang dihasilkan oleh tanaman tomat dan tembakau, dan lima spesies lainnya seperti selentingan, jelatang henbit, kaktus bantalan, jagung, dan gandum.

Suara-suara yang dihasilkan ini berupa ultrasonik dalam kisaran 200-100 kilohertz yang tidak dapat dideteksi oleh telinga manusia. Hal ini dilakukan dengan cara menempatkan mikrofon 10 cm dari batang tanaman yang terkena kekeringan tanah atau telah dipotong di dekat tanah.

Para peneliti membandingkan suara tanaman yang direkam dengan tanaman tanpa tekanan serta pot kosong, dan menemukan bahwa tanaman yang tertekan telah mengeluarkan lebih banyak suara daripada tanaman tidak tertekan.

Suara pada tanaman ini dapat dideteksi dari jarak 3-5 meter, tampaknya suara yang dihasilkan oleh tumbuhan yang tertekan bersifat informatif.

Dengan menggunakan algoritma pembelajaran mesin, para peneliti tidak hanya dapat membedakan spesies mana yang menghasilkan suara tetapi juga jenis stress yang diderita oleh tumbuhan tersebut.

Para peneliti masih belum dapat mengkonfirmasi terkait suara yang dikeluarkan oleh tanaman tersebut merupakan “kavitasi” atau tidak.

Kavitasi adalah proses dimana gelembung udara mengembang dan pecah di dalam jaringan penghasil air tanaman, atau “xilem”. Penjelasan ini masuk akal untuk mempertimbangkan bahwa tekanan kekeringan dan pemotongan akan mengubah dinamika air di batang tanaman.

Peneliti masih harus meneliti lebih dalam mengenai tanaman ini dan bagaimana sinyal suara ini mungkin terlibat dalam komunikasi tanaman-ke tanaman atau komunikasi tanaman ke lingkungan.

Walaupun tidak memiliki mulut untuk berbicara nyatanya tanaman juga mampu berkomunikasi dengan tumbuhan lainnya. Hal ini membuktikan bahwa memang setiap makhluk dapat berbicara dengan caranya masing-masing.

Hal tersebut penting bagi tanaman memiliki hak untuk dirawat dan diperlakukan dengan baik agar tetap tumbuh sehat. Kegiatan merawat tanaman setidaknya memberikan hal positif baik bagi yang merawat dan bagi tanaman itu sendiri.

Artikel ini telah tayang di Bisnis.com dengan judul “Benarkah Tumbuhan Dapat Berbicara? Ini Pembuktian Para Ilmuwan”

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya