SOLOPOS.COM - Ilustrasi Sumur Bor (sumurbor.org)

Solopos.com, SUKOHARJO – Pembangunan sumur bor menjadi solusi alternatif untuk mengatasi krisis air bersih di daerah rawan kekeringan di tiga daerah yakni Kecamatan Bulu, Weru, dan Tawangsari. Masyarakat bisa memanfaatkan air sumur bor untuk memenuhi kebutuhan air bersih untuk mencuci, mandi, dan memasak.

Berdasarkan perkiraan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menyebutkan puncak musim kemarau terjadi pada Agustus-September. Kendati memasuki musim kemarau namun air sumur bor masih bisa dimanfaatkan oleh masyarakat untuk memenuhi kebutuhan air bersih.

Promosi Pegadaian Buka Lowongan Pekerjaan Khusus IT, Cek Kualifikasinya

Di Dusun Watulumbung, Desa Watubonang, Kecamatan Tawangsari, masyarakat setempat belum kesulitan mencari air bersih saat musim kemarau pada tahun ini. Kendati debit air sumur bor  di tiga desa di Sukoharjo menyusut namun masih bisa dimanfaatkan. Yakni untuk mencuci dan mandi oleh masyarakat setempat. Padahal, Dusun Watulumbung merupakan salah satu daerah langganan krisis air bersih saat musim kemarau.

“Belum ada keluhan masyarakat yang kesulitan mendapatkan air bersih. Masyarakat mengambil air sumur bor yang tersebar di sejumlah lokasi,” kata Kepala Desa Watubonang, Welas Efendi, saat dihubungi Solopos.com, Kamis (12/8/2021).

Baca juga: Polisi Sukoharjo Jemput Bola Penyandang Disabilitas untuk Vaksinasi

Welas menyebut jumlah sumur bor yang dibangun di wilayah Desa Watubonang, Sukoharjo kian bertambah setiap tahun. Sebagian sumur bor dibangun oleh pemerintah yang menyasar daerah krisis air bersih. Sebagian sumur bor lainnya dibangun oleh perusahaan, organisasi dan perseorangan untuk memudahkan warga setempat saat musim kemarau.

Kini, jumlah sumur bor di wilayah Desa Watubonang berjumlah 14 sumur. “Dahulu, hanya ada beberapa sumur bor sehingga tak bisa memenuhi kebutuhan air bersih warga setempat. Sekarang banyak bantuan pembangunan sumur bor terutama di Dusun Watulumbung. Kedalaman sumur bor bervariatif. Semakin dalam maka semakin deras air yang keluar dari tanah. Kedalamannya ada yang di atas 100 meter,” ujar dia.

Baca juga: Pengumuman, Jadwal Pelayanan Dispensasi SIM di Karanganyar Diundur

Sumur Bor Solusi di Sukoharjo

Welas menyampaikan hampir setiap tahun mengajukan permohonan bantuan pengiriman air bersih ke Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sukoharjo. Kala itu, sumber air seperti sumur galian dan sungai mengering saat puncak musim kemarau. Praktis, masyarakat setempat mengandalkan bantuan air bersih untuk memenuhi kebutuhan air bersih setiap hari.

Kepala Pelaksana BPBD Sukoharjo, Sri Maryanto, menyatakan terdapat 17 desa rawan kekeringan di wilayah Kecamatan Weru, Bulu dan Tawangsari. Ketiga wilayah itu menjadi daerah langganan krisis air bersih saat musim kemarau. BPBD Sukoharjo telah mengirim bantuan air bersih ke Desa Kamal dan Desa Ngasinan, Kecamatan Bulu pada beberapa waktu lalu.

Menurut Sri, wilayah Sukoharjo bagian selatan terutama Weru minim potensi sumber air. Sebagian besar lapisan tanah terdapat batu hitam yang memiliki tingkat kekerasan cukup tinggi. Mata alat bor tak bisa menembus batu tanah itu lantaran saking kerasnya. “Jika ada permohonan bantuan air bersih kami segera berkoordinasi dengan Perumda Tirta Makmur Sukoharjo. Bantuan air bersih segera dikirim ke lokasi krisis air bersih,” kata dia.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya