SOLOPOS.COM - Ilustrasi Gunung Anak Krakatau. (Ilmugeografi.com)

Solopos.com, SOLO — Letusan Gunung Krakatau purba yang sangat dahsyat menjadi catatan sejarah tersendiri. Bencana alam itu bahkan disebut-sebut menjadi penyebab terpisahnya Pulau Jawa dan Sumatra.

Namun, riwayat tersebut ternyata keliru. Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Kementerian ESDM mengatakan, pemisahan Pulau Jawa dan sejabukan akibat letusan Gunung Krakatau, melainkan terjadi jauh sebelum itu.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Baca juga: Gunung Api Anak Krakatau Erupsi Kembali Jumat Pagi

Pulau Jawa dan Sumatra sudah terpisah sebelum munculnya Gunung Krakatau. Pihak PVMBG juga menjelaskan bahwa terpisahnya Pulau Jawa dan Sumatra terjadi akibat aktivitas lempeng Bumi.

Ekspedisi Mudik 2024

Sementara itu dihimpun dari berbagai sumber, Jumat (4/2/2022), letusan Gunung Krakatau yang disebut memisahkan daratan Pulau Jawa dan Sumatra terjadi pada 535 Masehi. Disebutkan pula jika letusan itu membentuk Selat Sunda di antara Pulau Jawa dan Sumatra. Akan tetapi, informasi tersebut keliru dan telah diluruskan oleh PVMBG.

Baca juga: Jejak Vulkanik Gunung Anak Krakatau, Ratusan Kali Erupsi Sejak 1930

Letusan Gunung Krakatau Purba

Dilansir dari hasil webinar Institut Teknologi Bandung, Jumat (4/2/2022), Ahli Vokanologi ITB, Dr.Eng Mirzam Abudurrachman, S.T., M.T., dalam Geoseminar yang diadakan Pusat Survei Geologi Kementrian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mengatakan bahwa letusan gunung api daerah ekuator bumi sekitar 100.000 tahun silam berada di 27 titik dan Indonesia menjadi salah satunya.

Letusan itu terjadi di Gunung Krakatau Purba yang sering juga disebut Proto Krakatau. Bencana alam ini tercatat dalam sejarah dengan judul Catatan Pustaka Raja Purwa yang disusun oleh Ranggawarsita.

Merujuk pada catatan itu, disebutkan bahwa terdapat gunung meletus yang terletak di Selat Sunda dan disusul oleh gunung-gunung lain yang berada di sebelah baratnya. Namun terjadi ketidakpastian antara tahun 416 atau 535 Masehi yang membutuhkan analisis lebih mendalam agar dapat diketahui lebih tepat.

Baca juga: Dasar Pulau Jawa Ada di Sini

Berdasarkan analisis ilmiah yang terjadi pada abad ke-6, terjadi beberapa peristiwa perlambatan yang memengaruhi pencatatan sejarah. Di antaranya, data lingkaran tahun pada pohon melambat, terjadi penurunan temperatur kutub secara signifikan, peningkatan asam sulfat di daerah Greenland serta berakhirnya peradaban.

Dari hasil analisis yang mengacu pada anomali abad ke-6 menjadi dasar yang kuat bagi Dr Mirzam jika Gunung Krakatau Purba meletus pada 535 Masehi.

Baca juga: 5 Fakta Gunung Slamet: Mitos Ramalan Jayabaya – Pulau Jawa Terbelah

1883

Selanjutnya, letusan Gunung Krakatau terjadi pada 1883 yang membuat gugusannya terpecah-pecah menjadi beberapa pulau. Dampak yang ditimbulkan adalah gelombang besar di kawasan Selat Sunda yang ditaksir menelan hingga 200.000 jiwa.

Selain itu letusan tersebut menyebabkan munculnya Gunung Anak Krakatau yang terus tumbuh signifikan. Bahkan sampai hari ini gunung tersebut masih aktif dan baru saja mengalami erupsi pada Jumat (4/2/2022) pagi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya