SOLOPOS.COM - Penyidik KPK Novel Baswedan mengacungkan jempol saat tiba di RS Jakarta Eye Center, Jakarta, Selasa (11/4/2017). (JIBI/Solopos/Antara/Akbar Nugroho Gumay)

Novel mengungkapkan dugaan adanya seorang jenderal polisi yang terlibat dalam teror penyiraman air keras terhadap dirinya.

Solopos.com, JAKARTA — Kasus teror penyiraman air keras yang menimpa Novel Baswedan memang belum terungkap. Namun, pernyataan Novel Baswedan yang dimuat oleh Time, Selasa (13/6/2017), menyingkap dugaan baru yang sebelumnya tak pernah mengemuka di publik.

Promosi Oleh-oleh Keripik Tempe Rohani Malang Sukses Berkembang Berkat Pinjaman BRI

Dalam sebuah wawancara dengan wartawan Time, Jonathan Emont, di rumah sakit di Singapura, Novel mengungkapkan enam kali teror yang dialaminya sejak 2011 lalu, termasuk saat sebuah mobil menabrak dirinya. Novel mengaku heran mengapa polisi belum juga menemukan pelaku serangan teror terakhir terhadap dirinya, yaitu penyiraman air keras.

I’ve actually received information that a police general — a high level police official — was involved. At first I said the information was false. But now that it’s been two months and the case hasn’t been resolved, I said [to the person who made the allegation] the feeling is that the information is correct [Saya sebenarnya mendapat informasi bahwa seorang jenderal polisi–seorang pejabat tinggi kepolisian–terlibat. Awalnya saya menganggap informasi itu salah. Tapi sekarang sudah dua bulan dan kasus belum terungkap. Saya katakan [pada orang yang menduga itu] sepertinya informasi itu benar,” kata Novel yang dikutip Time.

Dalam tulisan berjudul ‘I Don’t Want to Be Sad’: Indonesia’s Top Graft Buster Talks to TIME From His Hospital Bed</em> itu, Novel disebut sangat sulit diintimidasi dan bahkan sempat tertawa kecil meskipun kondisi matanya belum pulih. “Saya tidak mau bersedih. Kapanpun kami memutuskan untuk berjuang bagi masyarakat, untuk kepentingan orang banyak, hasilnya adalah kami akan ditentang, kami akan diserang,” kata dia dalam berita itu.

Menanggapi pemberitaan Time itu, Wakil Ketua DPR Fadli Zon meminta pihak Mabes Polri untuk menelusuri info dugaan adanya petinggi polisi terlibat dalam penyiraman air keras ke penyidik Novel. Menurut Fadli Zon, dasar permintaannya itu adalah pernyataan Novel dalam wawancara dengan Time tersebut.

Menurutnya, informasi dari hasil wawancara itu harus menjadi pintu masuk bagi kasus tersebut. “Harus dibuka siapa yang jadi aktor intelektual di belakangnya,” kata Fadli di Gedung DPR, Rabu (14/6/2017).

Fadli Zon pun mengharapkan pihak kepolisian segera mengambil langkah sigap untuk menuntaskan kasus penyiraman air keras yang menimpa Novel. Sementara itu, Ketua Komisi III DPR Bambang Soesatyo meminta pihak kepolisian segera menangkap pelaku penyiraman air keras kepada Novel Baswedan.

“Kita sendiri komisi III pernah mendesak kepada kepolisian untuk segera menuntaskan dan melakukan penyelidikan menyeluruh terhadap serangan terhadap Saudara Novel Baswedan,” kata Bambang.

Politikus Golkar itu juga mendapatkan kabar bahwa sampai saat ini pihak kepolisian belum menemukan titik terang dan sampai saat ini masih berusaha. “Dan terakhir saya baca statemen kapolda masih terus berusaha dan berharap itu segera terungkap,” ujar Bambang.

Penyiraman air keras terhadap Novel terjadi pada 11 April 2017 oleh orang tidak dikenal seusai salat subuh di Masjid Al-Ihsan dekat rumahnya di kawasan Kelapa Gading, Jakarta.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya