SOLOPOS.COM - Ilustrasi pemudik Lebaran tiba kembali di Jakarta dengan kereta api kelas Ekonomi. (JIBI/Solopos/Antara/Akbar Nugroho Gumay)

Pemkab Sukoharjo menilai belum ada gelombang urbanisasi dari daerahnya ke Jakarta.

Solopos.com, SUKOHARJO – Hingga lima hari pascaLebaran atau H+5, belum terjadi gelombang urbanisasi ke luar Sukoharjo. Jumlah penduduk yang mengurus surat pindah ke luar Sukoharjo tak berbeda jauh ketimbang hari biasa.

Promosi Pegadaian Resmikan Masjid Al Hikmah Pekanbaru Wujud Kepedulian Tempat Ibadah

Biasanya arus balik Lebaran selalu diikuti dengan gelombang perpindahan penduduk dari perdesaan ke perkotaan atau urbanisasi. Para kaum boro yang mudik ke kampung halaman mengajak sanak famili, teman bahkan tetangga rumah untuk mengais rezeki ke Ibu kota Jakarta dan sekitarnya.

Ekspedisi Mudik 2024

Mereka berduyun-duyun meninggalkan kampung halaman demi sesuap nasi tanpa keterampilan atau skill memadai. Alih-alih mendapatkan penghasilan tinggi, mereka justru menimbulkan permasalahan baru di tanah perantauan. Tak sedikit para perantau yang kembali ke kampung halaman lantaran belum mendapatkan pekerjaan.

Kepala Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil (Disdukcapil) Sukoharjo, Sriwati Anita, mengatakan biasanya jumlah penduduk yang mengurus surat pindah ke luar Sukoharjo pasca-Lebaran memang meningkat setiap tahun. Namun, hal itu belum terlihat pascaLebaran 2016.

“Kalau sekarang jumlah penduduk yang mengurus surat pindah ke luar Sukoharjo masih normal, tak berbeda jauh dibanding hari biasa. Namun, bisa jadi pengurusan surat pindah ke luar Sukoharjo meningkat pada pekan depan,” kata dia, saat dihubungi Espos, Selasa (12/7/2016).

Dia membandingkan dengan sejumlah daerah di Soloraya seperti Kabupaten Boyolali. Sejumlah home industri kesulitan mencari tenaga kerja. Bahkan para pemilik home industri harus mencari tenaga kerja di luar Boyolali.

Bisa jadi, minimnya penduduk yang mengurus surat pindah ke luar Sukoharjo lantaran banyaknya lowongan kerja di Kabupaten Jamu. Masyarakat perdesaan memilih bekerja di kampung halaman dibanding merantau ke luar Sukoharjo. “Karakteristik masyarakat Sukoharjo berbeda dengan daerah lain di Soloraya. Jumlah kaum boro di Sukoharjo tak sebanyak Wonogiri,” ujar dia.

Lebih jauh, Anita menambahkan sebagian besar penduduk mengurus surat pindah antarkecamatan. Misalnya, masyarakat yang berdomisili di Bulu atau Tawangsari membeli rumah dan menetap di Kartasura atau Grogol. Mereka bakal mengurus surat pindah antarkecamatan.

Di sisi lain, seorang warga Desa Pranan, Kecamatan Polokarto, Husairi, 24, memilih mencari pekerjaan di wilayah Soloraya dibanding Jakarta atau Bandung. Dia bisa menyisihkan sebagian penghasilan untuk ditabung di bank. “Kebutuhan hidup di Jakarta sangat tinggi. Gaji Rp3 juta hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup sebulan, tidak bisa menabung,” kata dia.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya