SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

Solopos.com, JAKARTA — Terpidana kasus pelanggaran Undang-Undang Informasi dan Transaksi Elektronik (UU ITE), Buni Yani, belum mendatangi Kejaksaan Negeri (Kejari) Kota Depok untuk menjalani eksekusi. Jumat (1/2/2019), Buni Yani berada Masjid Al Barkah, Tebet, Jakarta Selatan.

Dia meneteskan air mata ketika berbicara di hadapan ratusan jemaah Masjid Al Barkah. Ia mengaku menangis bahagia melihat dukungan jelang dieksekusi penjara.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Buni Yani mengaku kondisinya saat ini senang bisa berkumpul menunaikan salat Jumat bersama pimpinan Pondok Pesantres Al-Barkah, Kiai Abdul Rasyid Abdullah Syafi’ie. Bersama mereka juga hadir politikus Gerindra Fadli Zon serta kuasa hukum Buni Yani, Aldwin Rahardian.

Buni Yani di masjid Al Bakah, Jumat (1/2/2019). (Suara.com/Stephanus Aranditio)

“Sampai sekarang saya masih belum bisa menghentikan rasa haru saya kepada beliau guru kita yang sudah menerima saya di sini. Ini saya nangis bukan karena saya takut dipenjara, tapi karena saya sangat berbahagia karena diterima beliau,” kata Buni Yani, dilansir Suara.com.

“Kami di sini untuk meminta arahan, saya dari tadi menangis karena sangat berbahagia karena bisa diterima oleh Kyai Rasyid guru kita semua,” tambahnya.

Sebelumnya, Buni Yani menolak datang ke Kejari Kota Depok, Jumat ini. Kuasa hukum Buni Yani Aldwin Rahardian menyebut Buni Yani tidak memenuhi panggilan Kejari Depok karena sudah menyampaikan surat permohonan penundaan eksekusi ke kejaksaan.

“Kemarin itu [Kamis, 31/1/2019] pukul 13.00 WIB menyampaikan surat ke kejaksaan memohon untuk penundaan eksekusi. Di situ kan beberapa pertimbangannya ada, salah satunya juga peninjauan kembali dan sebagainya,” kata Aldwin kepada wartawan di Masjid Al-Barkah.

Majelis Hakim M Saptono menyatakan Buni Yani bersalah dan menjatuhkan hukuman penjara 1 tahun 6 bulan penjara atas kasus mengedit dan mengunggah video pidato Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) saat berkunjung ke Pulau Pramuka, Kepulauan Seribu. Kasus itu bergulir saat Ahok masih menjabat Gubernur DKI Jakarta.

Proses persidangan tuntutan Buni Yani berlangsung di ruang sidang Dinas Perpustakaan Dan Kearsipan Kota Bandung, Selasa 14 November 2017 lalu. Perbuatan Buni Yani dinilai memenuhi unsur Pasal 32 Ayat 1 dan Pasal 28 Ayat 2 UU ITE dengan melakukan ujaran kebencian dan mengedit isi video pidato mantan Gubernur DKI Jakarta.

Buni Yani dan kuasa hukumnya mengajukan kasasi namun ditolak Mahkamah Agung. MA menolak perbaikan kasasi yang diajukan Buni Yani dengan nomor berkas perkara W11.U1/2226/HN.02.02/IV/2018 pada 26 November 2018. Namun, hingga kini, Buni Yani belum juga dieksekusi pihak kejaksaan setelah divonis 1, 5 tahun penjara di Pengadilan Negeri Kota Depok.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya