SOLOPOS.COM - Warga melintas di depan SDN 1 Wonogiri yang ditutup, Senin (15/12/2020). SD dan SMP di Wonogiri belum dibuka karena masih menjalankan pembelajaran jarak jauh. (Solopos/Rudi Hartono)

Solopos.com, WONOGIRI — Pemerintah Kabupaten Wonogiri belum mengambil keputusan apa pun terkait pembelajaran tatap muka atau PTM SD dan SMP mulai tahun depan.

Hal itu diungkapkan oleh Bupati Wonogiri Joko Sutopo saat ditemui Solopos.com di Sekretariat Daerah, belum lama ini. Berdasar klausul di ketentuan kejalasan PTM masih menunggu perkembangan pandemi Covid-19. Lelaki yang akrab disapa Jekek itu berpendapat mestinya PTM dijalankan sejak lama.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Dia mengaku pernah menyampaikan gagasan tersebut. Saat itu dia setuju jika PTM dilaksanakan dengan sistem sif. Mekanismenya sebanyak 30 persen siswa masuk pagi, 30 persen siswa masuk siang, dan 40 persen lainnya tetap menjalani pembelajaran jarak jauh atau PJJ. Sif itu terus diputar sehingga semua siswa merasakan PTM pagi dan siang.

Mabuk Berat, Wanita Ini Terbangun Tunggangi Kuda dan Masuk Hutan

“Itu sebagai awalan agar siswa terbiasa menjalankan protokol kesehatan di sekolahan. Kalau pembiasaan dideklarasikan [dilakukan] jauh-jauh hari, sekarang siswa sudah mapan [penerapan protokol kesehatan], anak-anak sudah punya kesadaran. Tapi kalau ini baru mau dimulai berarti pembiasaan menjalankan protokol kesehatan juga baru mau dimulai,” kata Bupati.

Terpisah, Ketua Musyawarah Kerja Kepala Sekolah atau MKKS SMP Wonogiri, Hartanto, berpendapat jika PTM dijalankan di Wonogiri sebaiknya realisasinya dengan pembatasan tertentu. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan. Menurut dia PTM dalam kondisi pandemi Covid-19 tak memungkinkan dijalankan secara serentak di seluruh sekolah.

Perlu ada pemetaan sekolah yang siap dari sisi sarana pendukung penerapan protokol kesehatan dan mendapatkan izin dari orang tua siswa terlebih dahulu. Selanjutnya Dinas Pendidikan dan Kebudayaan atau Disdikbud perlu menunjuk sekolah yang siap untuk melaksanakan uji coba. Kemudian uji coba dapat diperluas di sekolah lain.

“Durasi pun perlu dibatasi, maksimal empat jam pelajaran tanpa istirahat misalnya. Setelah selesai PTM siswa diwajibkan pulang. Siswa yang masuk pun perlu dibagi agar kelas tidak penuh, sehingga siswa bisa jaga jarak. Saya kira sistem sif bisa diterapkan,” ujar Kepala SMPN 2 Ngadirojo itu.

Sistem Sif

Kepala Disdikbud Wonogiri, Yuli Bangun Nursanti, sebelumnya pernah menginformasikan dari hasil pendataan, 98 persen sarana pendukung penerapan protokol kesehatan di SD dan 91 persen di SMP sudah siap. Sementara, sebanyak 93,8 persen orang tua/wali siswa SD mendukung/setuju pelaksanaan PTM. Sedangkan, dukungan orang tua/wali siswa SMP tercatat 78,2 persen.

Sementara itu, Ketua Kelompok Kerja Kepala Sekolah atau K3S SD Wonogiri, Mahmud Yunus, mengatakan hal senada. Menurut Kepala SDN 1 Wonogiri sebaiknya PTM dilaksanakan dengan sistem sif. Ada dua skenario sif PTM yang dapat diterapkan, yakni sif jam dan sif hari.

Akhir Tahun, Polres Karanganyar Gencarkan Razia Knalpot Brong

Sif jam contohnya siswa masuk sekolah dengan cara dibagi dengan durasi lebih kurang dua jam setiap kelompok. Sedangkan, sif hari dilaksanakan dengan cara siswa masuk berdasar pekan. Contohnya, pekan pertama siswa masuk satu hari setiap kelompok, pekan kedua masuk dua hari, dan seterusnya.

“Transportasi yang dipakai siswa untuk berangkat dan pulang juga perlu dipertimbangkan. Akan lebih aman jika siswa masuk memakai transportasi pribadi, seperti diantar orang tua atau jalan kaki,” ulas Mahmud.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya