SOLOPOS.COM - Ilustrasi produk kerajinan tangan. (Shoqib Angriawan/JIBI/Solopos)

Solopos.com, SOLO – Sektor perdagangan utamanya handycraft diprediksi turut terdampak isu resesi global di negara maju pada 2023. Hal ini menjadi tantangan para eksportir handycraft Soloraya untuk menggerakkan perekonomian daerah.

Resesi akan menekan pertumbuhan global, perdagangan internasional hingga harga komoditas. Ekspor beragam komoditas asal Tanah Air pun akan ikut tertekan. Bila kondisi ini berlanjut maka transaksi berjalan bisa kembali mengalami defisit.

Promosi Sistem E-Katalog Terbaru LKPP Meluncur, Bisa Lacak Pengiriman dan Pembayaran

Ekspor komoditas unggulan di Soloraya juga menghadapi kekhawatiran resesi global. Batik misalnya, komoditas eskpor andalan Kota Bengawan juga mencatatkan minus baik dari segi nilai eskpor maupun volume.

Merujuk data Dinas Perdagangan (Disdag) Solo, nilai ekspor dan volume batik sepanjang 2022 merosot dibanding tahun sebelumnya. Ekspor batik mengalami perlambatan baik di semester I/2022 maupun semester II/2022.

Secara year on year (YoY), nilai ekspor batik anjlok USD 1.319.535 dari USD 9.537.620 menjadi USD 8.218.085. “Dampak pandemi Covid-19 masih dirasakan para eksportir kerajinan tangan, handycraft, dan batik di Soloraya. Sekarang sudah ada pelonggaran-pelonggaran namun kondisi finansial pelaku usaha kerajinan tangan belum pulih sepenuhnya,” kata Asosiasi Eksportir dan Produsen Handycraft Indonesia (Asephi) Soloraya, Amin Suhudi Sutiman, saat diwawancarai Solopos.com, Kamis (26/12023).

Amin, sapaan akrabnya, memprediksi pasar ekspor kerajinan tangan dan handycraft belum bergairah pada tahun ini. Bayang-bayang resesi global dan kondisi ekonomi sektor perdagangan terutama handycraft belum pulih sepenuhnya.

“Ekspor mebel kayu saja menurun. Kerajinan tangan dan handycraft di bawahnya ikut menurun juga. Apalagi kondisi ekonomi di Amerika Serikat dan Uni Eropa juga belum stabil,” kata dia.

Senada disampaikan Ketua Komisariat Daerah (Komda) Asosiasi Industri Permebelan dan Kerajinan Indonesia (Asmindo) Soloraya, Yanti Rukmana. Perang Amerika Serikat-Ukraina yang hingga sekarang belum berakhir mengakibatkan inflasi tinggi di negara tujuan ekspor. Imbasnya, daya beli pasar ekspor turun secara perlahan-lahan.

Padahal, tujuan ekspor mebel dan kerajinan terbesar di Amerika Serikat dan Uni Eropa (UE). Kemudian, disusul beberapa negara di Asia. “Solusinya, melakukan diversifikasi dengan fokus memperbesar pasar dalam negeri. Memang tidak sebesar pasar ekspor, tapi pasar domestik cukup menjanjikan agar bisa survive,” kata dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya