SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

<p><strong>Solopos.com, KLATEN</strong>–Endrix Kitanto Setyo Laksono, 26, sengaja datang dari Jogja untuk mencari kaset band kesukaannya Teenage Death Star (TDS). Ia juga mencari koleksi band indie lain yang mulai langka di pasaran.</p><p>"Kemarin ada <em>Record Store Day</em> [RSD] di Jogja. Tapi saya ketinggalan. Terus dari media sosial di Klaten ada juga dan sekarang saya ke sini," ujar dia, di sela-sela berkeliling mencari koleksi kaset favoritnya, di Pendapa Lokal Jajan, Kelurahan Tonggalan, Klaten Tengah, <a title="Pemilu 2019: Anggota DPR Terindikasi Curi Start Kampanye di Klaten" href="http://soloraya.solopos.com/read/20180426/493/912904/pemilu-2019-anggota-dpr-terindikasi-curi-start-kampanye-di-klaten">Klaten</a>, Kamis (26/4/2018).</p><p>Sejak 2012, Endrix mulai mengikuti kegiatan <em>Record Store Day</em> maupun <em>Cassette Store Day</em> di sejumlah kota seperti Jogja, Jakarta, dan lainnya. Ajang itu dinilai memudahkan perburuan kaset-kaset langka termasuk piringan hitam (Vinyl). Di luar itu, ia biasa mencarinya di media sosial ataupun aplikasi belanja dalam jaringan (daring).</p><p>"Asyik ada <em>record store day</em>. Penjual koleksi fisik dan kolektor lebih mudah. Setelah bekerja, saya juga mulai berani mengoleksi yang langka," ujar pria yang bekerja sebagai wiraswasta sembari tertawa.</p><p>Harga koleksi langka bisa dijual dengan harga berlipat. Ia pernah membeli sebuah kaset milik band independen Kelelawar Malam seharga Rp50.000 per keping. Saat itu, Kelelawar Malam belum sepopuler sekarang. Suatu ketika seorang kawannya bermain ke rumah dan melihat kaset Kelelawar Malam.</p><p>"Dia heran kok saya punya kaset ini. Dia mau membeli Rp350.000 waktu itu. Tapi enggak saya jual. Itu buat koleksi saya karena diproduksi terbatas," beber dia.</p><p>Bagi Endrix, memiliki bentuk fisik kaset, vinyl, maupun CD original merupakan sebuah kebanggaan. Selain ada nilai klasik yang perlu dijaga, membeli kaset fisik sekaligus mendukung kemajuan band dan musik tanah air.</p><p>"Band-band bisa berkarya lebih produktif lagi karena musiknya disukai bahkan diburu pencinta. Meski yang utama memang ada kebanggaan bisa mengoleksi banyak barang langka," tutur dia, terkekeh.</p><p>Salah satu penjual kaset dari Rilisan Fisik asal Jogja, Didit Feri Nugroho, mengatakan RSD menjadi ajang "kopi darat" kolektor dan penjual produk rekaman. Selama ini komunikasi antarpenjual maupun dengan pembeli lazim <a title="Ichsan, Buffon Kecil Asal Jatinom Klaten" href="http://viral.solopos.com/read/20180425/486/911844/ichsan-buffon-kecil-asal-jatinom-klaten">dilakukan di media sosial.</a></p><p>Ia menuturkan setiap kali acara RSD dan sejenisnya selalu ada produk spesial yang paling diburu. Kali ini, kaset TDS langsung ludes saat lapak belum dibuka. Album baru Mocca bertajuk Lima juga menjadi deretan kaset paling diburu.</p><p>"Ada juga band asal Jogja bikin rilisan [kaset] vinyl. Banyak juga mencari," terang pria yang mengaku mulai mengoleksi kaset sejak SMP.</p><p>Kaset band independen, lanjut Didit, terbilang langka karena produksinya terbatas. Sekali peluncuran, sebuah album biasanya hanya diproduksi 1.000-2.000 keping. Berbeda dengan band mayor label yang kadang bisa menembus angka satu juta <em>copy</em>.</p><p>Didit berbagi tips bagaimana mendapatkan koleksi sebuah banda yakni rajin memantau aplikasi belanja daring dan jalan-jalanlah ke pasar loak."Saya pernag menjual kaset langka senilai Rp2 juta. Padahal, saya belinya Rp35.000 di Pasar Santa, Jakarta. Kaset itu adalah Guruh Gipsy. Kalau lengkap bisa sampai Rp2,5 juta," kenang pria bertubuh gempal.</p><p>&nbsp;</p><p>&nbsp;</p>

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya