SOLOPOS.COM - Pedagang bensin eceran di kawasan Banaran, Boyolali, Giyono, 67, mengemas Pertamax yang dijualnya dengan kemasaran harga Rp10.000 dan Rp15.000. (Solopos.com/Ni’matul Faizah)

Solopos.com, BOYOLALI – Larangan PT Pertamina (Persero) kepada warga yang ingin membeli Pertalite menggunakan jeriken ternyata berdampak pada pedagang bahan bakar minyak (BBM) jeniseceran di Boyolali. Pedagang bensin eceran di Boyolali mengaku penjualan turun sejak larangan tersebut diterapkan.

Salah satu pedagang bensin eceran di kawasan Banaran, Boyolali, Giyono, 67, mengaku hanya bisa pasrah dan mengikuti aturan yang ditetapkan oleh PT Pertamina.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

“Saya dulu hanya jualan Pertalite, tapi sekarang terpaksa berjualan Pertamax. Kalau enggak jualan bensin, nanti yang saya pakai untuk makan apa?,” kata perempuan yang sudah 18 tahun berjualan bensin eceran tersebut saat dijumpai Solopos.com di lapaknya pada Minggu (17/4/2022)

Baca juga: Harga Pertalite Bakal Naik, Penjual BBM Eceran di Wonogiri Galau

Ia menceritakan, larangan pembelian Pertalite menggunakan jeriken telah berlangsung sekitar satu pekan. Sebelumnya, ia masih bisa membeli Pertalite tapi harus membeli juga Pertamax.

Giyono menjelaskan jika ingin membeli BBM dengan jeriken di Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) sebanyak 100 liter, maka harus membeli Pertalite sebanyak 50 liter dan Pertamax sebanyak 50 liter.

“Kalau sekarang malah beli Pertalite dengan jeriken tidak boleh. Padahal penjualan Pertalite di warung saya kan cepat, harganya hanya Rp10.000,” ungkapnya.

Ia mengaku saat masih bisa berjualan Pertalite, dua jeriken atau sebanyak 70 liter BBM dagangannya bisa habis dalam dua hari. Untuk saat ini, ia mengaku dua jeriken akan habis dalam empat hari.

Baca juga: Pemerintah Usulkan Kenaikan Kuota Pertalite dan Solar, Ini Alasannya

Cari Akal

Lebih lanjut, untuk tetap membuat dagangannya laku, Giyono mengatakan ia mengemas Pertamax yang dijualnya dengan kemasan harga Rp10.000 dan Rp15.000.

“Untuk yang Rp10.000 isinya kurang dari satu liter. Yang Rp15.000 itu seliter lebih. Soalnya rata-rata langganan saya kalau beli Rp10.000, kalau harga Rp15.000 susah laku. Tapi tetap pas pembeli datang saya tawari mau yang harga berapa,” kata dia.

Giyono berharap pembelian Pertalite dengan jeriken di SPBU bisa dilakukan kembali agar warungnya dapat ramai seperti dulu. Ia merasa terdampak dengan aturan baru tersebut. Namun, ia mengaku hanya pasrah jika memang itu yang telah diputuskan oleh PT Pertamina.

“Sekarang beli dua jeriken Pertamax hampir Rp1 juta tapi penjualan pedagang eceran seperti kami makin sulit. Tapi ya enggak apa-apa, manut saja. Saya itu pengalaman jualan BBM dari yang harganya Rp3.000 sampai sekarang, jadi ya bisanya hanya pasrah,” kata dia.

Baca juga: Setelah BBM Subsidi dan Elpiji, Kini Giliran Tarif Listrik Ganti Harga

Sementara itu, penjual bensin eceran lain di area Karanggeneng, Teguh Prasetyo, 29, mengaku dulu ia menjual Pertalite dan Pertamax di lapaknya. Namun, dengan aturan yang baru yang berlaku, ia mengaku hanya bisa berjualan Pertamax.

“Sekitar sepekan yang lalu diberi tahu petugas SPBU kalau sudah enggak boleh beli eceran jeriken Pertalite begitu. Ya sudah, saya hanya beli Pertamax,” jelas dia.

Ia mengaku hanya bisa pasrah dengan aturan yang dibuat PT Pertamina tersebut. Namun, Teguh tetap mengeluhkan penurunan pendapatan di warungnya.

“Dulu satu jeriken bisa satu hari, sekarang habisnya butuh tiga hari setelah diganti full Pertamax. Jadi ada jumlah penurunan pembeli,” jelasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya