SOLOPOS.COM - Ilustrasi tanah longsor. (Solopos/Whisnupaksa Kridhangkara)

Solopos.com, SUKOHARJO -- Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sukoharjo mengawasi ketat dua lokasi rawan bencana tanah longsor wilayah Kecamatan Bulu. Terdapat belasan belasan rumah penduduk yang terancam longsor saat terjadi hujan lebat selama berjam-jam.

Selain itu, wilayah Sukoharjo dilewati Sungai Bengawan Solo dan Kali Samin juga rawan bencana banjir. Sementara wilayah Sukoharjo bagian selatan rawan longsor lantaran kondisi geografisnya perbukitan.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Ada dua lokasi rawan bencana tanah di wilayah Kecamatan Bulu yakni Dusun Tritis, Desa Kamal, dan Dusun Tileng, Desa Sanggang. Kepala Pelaksana BPBD Sukoharjo, Sri Maryanto, mengatakan warga wilayah rawan bencana tanah longsor tinggal di sekitar perbukitan.

Rudy & Gibran Disebut Tidak Masuk Daftar 10 Tokoh Pertama Penerima Vaksin Covid-19 Solo

Banyak bebatuan berukuran besar yang berpotensi longsor jika terjadi pergerakan tanah. “Apabila terjadi pergerakan tanah, masyarakat harus meninggalkan rumah menuju lokasi aman. Cukup berbahaya jika sudah terjadi pergerakan yang berpotensi longsor,” katanya saat ditemui Solopos.com di kantornya, Selasa (12/1/2021).

Sri menyebut ada beberapa gejala tanah longsor yang harus diwaspadai warga setempat. Misalnya, tanah mengalami retak-retak dan posisi pohon berubah dari tegak menjadi miring. Selain itu, longsoran tanah dan bebatuan dipicu pergerakan tanah saat turun hujan lebat dengan intensitas tinggi.

Kedua lokasi rawan bencana tanah longsor Bulu, Sukoharjo, itu terdapat permukiman penduduk yang dihuni puluhan jiwa. “Di Dusun Tritis, Desa Kamal, ada 10 keluarga yang tinggal di sekitar tebing bebatuan. Begitu pula Dusun Tileng, Desa Sanggang. Saat turun hujan pada malam hari harus ada yang berjaga secara bergantian untuk mengantisipasi jika terjadi tanah longsor,” ujarnya.

Wali Kota Solo Terbitkan SE Baru: Jam Buka Usaha Kuliner Tak Jadi Dibatasi

Peringatan Dini

Lebih jauh, Sri mengatakan selalu berkomunikasi dengan pemerintah desa setempat apabila terjadi pergerakan tanah atau tebing. Masyarakat setempat diberdayakan sebagai sukarelawan bencana alam untuk meminimalkan risiko bencana alam.

Mereka bisa mengevakuasi para lanjut usia (lansia) dan anak-anak saat terjadi pergerakan tanah. Belum ada alat peringatan dini atau early warning system (EWS) tanah longsor pada wilayah Bulu.

"Alat peringatan dini itu dipasang di daerah rawan bencana longsor seperti Kabupaten Banjarnegara, Karanganyar dan Wonogiri.”

Pajero Hilang Kendali dan Terhempas Di Tol Sragen, Pengemudinya Meninggal Dunia

Sementara itu, anggota DPRD Sukoharjo asal Desa Kamal, Hardi Widodo, mengatakan kondisi geografis sebagian wilayah Bulu merupakan lereng pegunungan dan perbukitan sehingga rawan longsor. Bencana tanah longsor kali terakhir terjadi pada Februari 2019.

Kala itu, tebing tanah setinggi 10 meter longsor dan menerjang bagian belakang rumah penduduk. Masyarakat setempat saling mengingatkan jika terjadi pergerakan tanah yang memicu terjadinya bencana tanah longsor.

“Hujan dengan intensitas tinggi pada malam hari membuat warga waswas dan khawatir. Warga setempat saling membantu agar tak terjadi korban jiwa saat tebing tanah longsor,” katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya