SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

Jogja--Belasan ribu orang memenuhi sepanjang Jalan Malioboro hingga Tugu Jogja, Minggu (5/12) pagi, untuk memeriahkan “Kenduri Jogja” yang digelar Pemerintah Kota Jogja bersama seluruh elemen masyarakat untuk menyuarakan ajakan datang ke Jogja (“Ayo ke Jogja”).

Ribuan masyarakat tersebut mulai memenuhi Malioboro dan juga sepanjang Jalan Mangkubumi sejak pukul 06.00 WIB dan terus bertambah hingga acara utama digelar sekitar pukul 07.00 WIB.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Masyarakat yang datang ke Kenduri Jogja tersebut juga membawa serta tumpeng yang menjadi simbol utama dari acara kenduri, serta ada sebuah tumpeng besar dari Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat yang dibawa prajurit bergada.

Tumpeng setinggi satu meter dari keraton tersebut, dilengkapi dengan tujuh ayam ingkung dan tujuh rupa sayuran serta lauk yang dimaknai agar masyarakat Jogja selalu diberi pertolongan dan petunjuk oleh Tuhan Yang Maha Esa.

Sebelum digelar acara kenduri, juga digelar sejumlah kegiatan seperti senam bersama yang diikuti ribuan masyarakat di sepanjang Jalan Malioboro karena setiap Minggu, jalan tersebut digunakan sebagai lokasi untuk senam bersama oleh masyarakat.

Namun demikian, komunitas masyarakat yang hadir di Malioboro tersebut tidak hanya dari komunitas senam pagi, tetapi juga dari komunitas sepeda dan juga masyarakat umum yang sengaja datang ke Malioboro.

“Yogyakarta adalah Yogyakarta kita, dan Yogyakarta adalah milik kita semua,” kata Herry yang mengenakan blangkon saat memberikan pidato untuk mengajak seluruh masyarakat untuk datang ke Yogyakarta.

Ia mengemukakan, bersama dengan kegiatan tersebut diharapkan mampu menyuarakan pesan ke seluruh Tanah Air dan seluruh dunia tentang Jogja yang aman, nyaman dan layak untuk dikunjungi.

Keamanan dan kenyamanan Jogja, lanjut dia, adalah fakta meskipun tengah berduka karena adanya bencana letusan Gunung Merapi, namun kondisi tersebut tidak mengurangi kenyamanan bagi siapapun yang datang ke Jogja.

Sementara itu, Gubernur DIY Sri Sultan Hamengku Buwono (HB) X menyampaikan bahwa peristiwa Kenduri Jogja tersebut adalah renungan kepada Tuhan didasari kesabaran, keikhlasan untuk memohon petunjuk menjalani masa depan.

“Erupsi Gunung Merapi sudah terjadi dan tidak perlu disesali, karena itu adalah garis tuhan. Yang perlu dilakukan sekarang adalah menatap masa depan dan terus membangun kebersamaan di antara masyarakat,” ujarnya.

Kebersamaan, lanjut dia, adalah modal sosial untuk bisa bangkit dari keterpurukan dan menatap masa depan sembari terus mengabarkan bahwa Jogja tetap aman dan nyaman.

Sultan HB X kemudian melakukan pemotongan tumpeng besar dan diserahkan ke sejumlah elemen masyarakat seperti wali kota, Badan Promosi Pariwisata Kota Yogyakarta (BP2KY), agen perjalanan wisata, komunitas Malioboro dan juga tukang becak.

Sultan kemudian melakukan aba-aba mengajak masyarakat untuk datang ke Yogyakarta dengan yel-yel “Ayo ke Jogja” yang diikuti oleh masyarakat dengan melambai-lambaikan bendera kecil segitiga.

Masyarakat lalu bersama-sama memakan ratusan tumpeng kecil yang dibawa oleh berbagai elemen masyarakat dengan duduk di sepanjang jalan.

ant/nad

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya