SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

<p><strong>Solopos.com, SRAGEN &mdash;</strong> Belasan hektare tanaman padi di wilayah Desa Tangkil, Kecamatan <a href="http://soloraya.solopos.com/read/20180918/491/940269/2-pns-sragen-dipecat-karena-korupsi">Sragen</a> Kota, Sragen, mengalami gagal panen karena kekurangan air di musim kemarau. Para petani memilih memangkas tanaman padi yang tersisa untuk makanan ternak sapi. Mereka mengalami kerugian hingga jutaan rupiah karena hanya tinggal panen kurang dari 20%.</p><p>Seperti dialami Giyarto, 45, petani asal Dukuh Bulakrejo RT 002/RW 013, Desa Tangkil, <a href="http://soloraya.solopos.com/read/20180916/491/940115/9-hektare-semak-hutan-karet-di-kedawung-sragen-terbakar">Sragen</a>, Kota, saat berbincang dengan <em>Solopos.com</em> di sawahnya, Senin (17/9/2018). Giyarto terpaksa meminta bantuan tetangga untuk memangkas tanaman padi yang tidak berbuah. Tanaman padi itu dipangkas untuk makanan ternak milik tetangganya. Ada empat orang yang memangkas tanaman padi yang kekurangan air milik Giyarto. Mereka memangkas dengan sabit dan alat pemotong rumput.</p><p>&ldquo;Tanaman padi ini sebenarnya baru berumur 3 bulan. Saya memilah untaian padi yang berisi untuk dibawa pulang. Terpaksa harus memilah satu per satu. Ini saja paling-paling dapat lima sak sudah untung. Biasanya satu patok bisa mendapat 30 sak. Ya, dapatnya hanya sekitar 17%. Memang rugi,&rdquo; keluh Giyarto.</p><p>Dia sempat berusaha mengaliri tanaman padinya sebelum mengering. Dia mencoba mengairi dengan menyedot air dari sumur pantek selama empat hari empat malam, air tidak mampu mengaliri sampai permukaan tanah. &ldquo;Retakan tanahnya sudah terlalu dalam sehingga air amblas terbuang ke bawah. Akhirnya, ya saya biarkan sampai sekarang. Yang bisa dibawa pulang ya di bawa pulang,&rdquo; katanya.</p><p>Giyarto mengaku merugi Rp3 juta per patok. Nilai kerugian itu digunakan untuk pembibitan, pupuk, dan tenaga. Dia mengatakan kerugian itu terhitung kecil karena sawah ini memang miliknya. &ldquo;Kalau sawahnya saja sewa maka kerugiannya lebih besar lagi. Di sawah sebelah ini sewanya Rp6 juta per tahun. Artinya kalau dihitung kerugiannya ya sampai Rp5 juta karena kondisinya lebih parah daripada sawah saya,&rdquo; ujarnya.</p><p>Jono, 46, warga Bulakrejo RT 002/RW 014, Tangkil, membantu Giyarto untuk memangkas tanaman padi yang hampir mati itu. Tanaman padi itu dijadikan pakan ternak untuk dua ekor sapinya. Jono yang juga seorang petani itu mengaku jumlah tanaman padi yang bernasib sama seperti milik Giyarto itu bisa mencapai 10 hektare lebih di wilayah Desa Tangkil. &ldquo;Sumber airnya sebenarnya mengandalkan Dam Colo Timur. Tetapi tidak tahu aliran dari Dam Colo Timur itu kok tidak sampai di wilayah Tangkil, terutama di utara jalan tol,&rdquo; ujarnya.</p><p>Sementara itu, Kepala Dinas Ketahanan Pangan (Distapang) <a href="http://soloraya.solopos.com/read/20180917/491/940284/terancam-seniman-campursari-sragen-minta-perlindungan-polisi">Sragen</a>, Muh. Djazairi, saat ditemui <em>Solopos.com</em> mengatakan jumlah tanaman padi yang gagal panen masih didata di Dinas Pertanian Sragen, yakni di petugas pengendali organisme penganggu tanaman (POPT) Dinas Pertanian Sragen.</p>

Promosi Selamat! Direktur Utama Pegadaian Raih Penghargaan Best 50 CEO 2024

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya