SOLOPOS.COM - Pedagang menyiapkan dagangan di Pasar Pinggul Melikan, Wedi, Klaten. (Istimewa/Pendamping PKH Melikan)

Banner Wisata Joglosemar

Solopos.com, KLATEN — Nama pasar yang satu ini, Peken Pinggul alias Pasar Pinggul. Dinamakan demikian karena lokasinya di pinggir tanggul (pinggul) di Kali Ujung, Desa Melikan, Kecamatan Wedi, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah.

Promosi Pegadaian Resmikan Masjid Al Hikmah Pekanbaru Wujud Kepedulian Tempat Ibadah

Pasar Pinggul berbeda dengan pasar tradisional lainnya. Pasar ini hanya digelar sekali dalam selapan (35 hari), yakni Minggu Legi. Jam buka pasar juga relatif singkat, mulai pukul 05.30 WIB-10.00 WIB. Para pedagang pun mengenakan pakaian adat Jawa saat menjajakan dagangannya.

Jenis jajanan yang dijual merupakan makanan zaman dahulu/tradisional seperti pecel gendar, gatot, tiwul, sawut, dan makanan lainnya.

Ekspedisi Mudik 2024

Baca juga: Buka 35 Hari Sekali, Jual Beli di Peken Pinggul Melikan Klaten Tidak Pakai Uang

Cara menyantap makanan pun ramah lingkungan dan cenderung jadul, yaitu menggunakan daun jati. Dengan cara seperti itu, dapat mengurangi sampah plastik yang marak di era modern.

Di kompleks Pasar Pinggul, terdapat juga pedagang yang menjajakan mainan pasaran untuk anak-anak terbuat dari gerabah. Uniknya, alat pembayaran yang sah bukan uang rupiah melainkan koin gerabah senilai Rp2.000. Guna memperoleh koin gerabah itu, pengunjung harus menukarkan uang rupiah dengan uang gerabah di lokasi yang sudah disiapkan pengelola pasar.

Sentra Gerabah

Pemilihan gerabah ini tak asal-asalan. Koin gerabah menjadi bagian mempromosikan Desa Melikan yang dikenal sebagai sentra gerabah. Dengan cara seperti itu, Melikan sebagai sentra gerabah akan semakin dikenal masyarakat luas.

Pengunjung memadati jalan di pinggir Kali Ujung, Dukuh Bayat, Desa Belikan, Wedi, Klaten, saat digelar Peken Pinggul Melikan, MInggu (1/3/2020). (Solopos/Taufiq Sidik Prakoso)
Pengunjung memadati jalan di pinggir Kali Ujung, Dukuh Bayat, Desa Belikan, Wedi, Klaten, saat digelar Peken Pinggul Melikan, MInggu (1/3/2020). (Solopos/Taufiq Sidik Prakoso)

Agar suasana pasar semakin meriah, terkadang pengelola menghadirkan potensi seni dan budaya lokal di kompleks pasar setempat, seperti festival cokekan, gejok lesung, dan lainnya.

Pasar Pinggul berdiri sekitar Maret 2019. Semula, Pasar Pinggul ditujukan memberdayakan masyarakat yang tergolong Keluarga Penerima Manfaat Program Keluarga Harapan (KPM PKH) di Melikan, Wedi. Di lokasi tersebut masih terdapat 250 KPM PKH.

Baca juga: Intip Keunikan Pasar Jadul Ciplukan Karanganyar, Pakai Ketip Buat Transaksi Jual Beli

Hasil diskusi singkat antara KPM dengan PKH disepakati bakal melakukan pemberdayaan masyarakat dengan memunculkan jajanan tradisional. Dari pembahasan itu, muncul ide menggabungkan jajanan tradisional dengan suasana tempo dulu sehingga diperoleh suasana jadul. Maka dipilihlah suasana di pinggir tanggul alias pinggul.

Semula, pedagang yang berjualan di Pasar Pinggul mencapai 40-an orang (40-an lapak). Seiring berjalannya waktu, jumlah tersebut meningkat hingga 60 orang. Bahkan terkadang lebih. Para pembeli/pengunjung tak hanya dari Klaten, tapi juga berasal dari luar Klaten.

“Maret 2020, Pasar Pinggul genap berusia satu tahun. Setelah dirayakan itu, muncul pandemi Covid-19. Jadi harus ditutup sementara. Di akhir 2020, sempat dibuka 2-3 kali. Setelah itu ditutup lagi karena Covid-19 di Klaten masih tinggi. Sampai sekarang, Pasar Pinggul ditutup sementara hingga virus coronanya hilang terlebih dahulu,” kata Pendamping PKH Desa Melikan, Kecamatan Wedi, Dany Utama, 37, kepada Solopos.com, Sabtu (3/7/2021).

Mendongkrak Ekonomi Warga

Koordinator Pendamping Kabupaten PKH Klaten, Theo Markis, mengapresiaai kreativitas dan inovasi yang telah dilakukan pendamping PKH Melikan dengan menggelar pasar berkonsep tradisional dengan jajanan dan alat tukar-menukar yang unik. Hal itu baru kali pertama terjadi di Kabupaten Bersinar.

“Diharapkan dengan dukungan semua pihak, Pasar Pinggul Melikan mampu memberikan daya dongkrak ekonomi buat warga sekitar. Khususnya KPM yang terlibat sebagai panitia sehingga graduasi KPM dapat terwujud,” katanya.

pasar wisata unik soloraya
Salah satu menu makanan tradisional yang dijajakan di Pasar Pinggul, Desa Melikan, Wedi, Klaten. (Istimewa/Pendamping PKH Melikan)

Theo Markis meyakini Pasar Pinggul sudah berkembang pesat jika tak ada pandemi Covid-19. Pasar Pinggul dinilai memiliki daya tarik sebagai wisata baru yang unik dan menarik guna mendongkrak perekonomian rakyat di Klaten.

Baca juga: Punya Wedang Gemblung hingga Sega Ketingan, Pasar Bahulak Sragen Siap-Siap Go Nusantara

“Kalau tak ada Covid-19, saya yakin pasar itu akan booming. Dari Dinas Pariwisata Kebudayaan Pemuda dan Olahraga (Disparbudpora) Klaten dan Dinas Perdagangan dan Usaha Mikro Kecil Menengah (Disdagkop) dan UKM Klaten sudah berkomitmen menjadikan Pasar Pinggul menjadi lebih baik. Bupati Klaten akan meresmikan pasar itu. Tiba-tiba, muncul pandemi Covid-19,” katanya.

Salah seorang Kepala Dusun (Kadus) di Melikan, Kecamatan Wedi, yakni Jaka Purwana, mengatakan Pasar Pinggul terpaksa ditutup sementara selama pandemi Covid-19. Hal itu guna mendukung pencegahan persebaran Covid-19.

“Selama pandemi Covid-19, Pasar Pinggul sudah lama tidak dibuka,” katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya