SOLOPOS.COM - Owner Batik Ecoprint Kamala Art, Erna Kuswandari memperlihatkan kain batik ecoprint di Keden, Kecamatan Pedan, Sabtu (24/4/2021). Permintaan batik jenis tersebut mengalami peningkatan saat Ramadan dan menjelang Lebaran 2021. Peminat batik tersebut berasal dari Jawa dan luar Jawa.

Solopos.com, KLATEN – Perajin batik ecoprint asal Keden RT 028/RW 012, Desa Keden, Kecamatan Pedan, Klaten, Jawa Tengah mulai banjir pesanan memasuki Ramadan dan Lebaran 2021. Sempat menurun di awal pandemi Covid-19, produksi batik skala rumahan di Pedan mulai diminati konsumen saat mendekati momentum Lebaran 2021.

Owner Batik Ecoprint Kamala Art di Keden, Kecamatan Pedan, Erna Kuswandari, 42, mengatakan pasaran batik mulai bergeliat menjelang momentum Lebaran. Hal itu dibuktikan dari omzet yang diterima, yakni senilai Rp10 juta. Omzet itu jauh lebih besar dibandingkan sebelum Ramadan, yakni senilai kurang lebih Rp5 juta.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

"Di awal pandemi, usaha ini sempat menurun. Tapi, saat sekarang mulai ramai lagi. Kebetulan, saya fokus di fashion. Saat Ramadan dan menjelang Lebaran ini ada kenaikan. Produk saya, di antaranya kain, hijab, syal, masker, baju," kata Erna Kuswandari, 42, saat ditemui wartawan di rumahnya di Keden, Kecamatan Pedan, Sabtu (24/4/2021) siang.

Erna Kuswandari mengatakan usaha batik ecoprint mulai digelutinya sejak tiga tahun terakhir. Pengembangan batik ecoprint dengan memanfaatkan sumber daya alam (SDA) di lingkungan sekitar rumah dinilai dapat menjadi solusi menambah pendapatan di tengah pandemi Covid-19.

Baca juga: Calon Istri Ustaz Abdul Somad: Gadis Jombang 19 Tahun

Pakai Bahan Alami

Batik buatan Erna Kuswandari hanya memanfaatkan berbagai daun di lingkungan sekitar, seperti daun jati yang menghasilkan warna merah, daun talok, daun jenis paku-pakuan, dan lainnya.

"Batik ecoprint ini belum banyak kompetitornya. Dengan ecoprint ini menghasilkan karya seni yang unik dan etnik. Pasaran batik ecoprint ini menengah ke atas," katanya.

Erna Kuswandari mengatakan proses pembuatan batik ecoprint lumayan mudah. Pembuatan ecoprint diawali dengan menyiapkan kain. Selanjutnya dilakukan perendaman kain, pemberian bumbu tanin pada kain, penerapan daun pada kain, pengukusan, dan proses diangin-anginkan selama lima hari.

"Pembuatan ecoprint menggunakan dua metode, yakni teknik pukul dan teknik kukus. Saya menggunakan teknik khusus karena hasilnya lebih rapi. Dalam membuat batik ecoprint ini tak perlu bikin pola terlebih dahulu. Yang utama menggunakan feel," katanya.

Baca juga: Ngabuburit Sambil Balap Liar di Karanganyar, Pemuda Ngawi Ditilang

Erna Kuswandari mengatakan mengawali usaha batik ecoprint bermula dari tiga tahun silam. Saat itu, Erna Kuswandari yang bekerja di sebuah perbankan swasta di Klaten sering memanfaatkan waktu luangnya untuk belajar membikin ecoprint. Waktu luang itu berlangsung saat sore hari dan malam hari.

"Saya itu belajar secara autodidak. Saya melihat Youtube. Pertama membuat itu gagal. Saat awal-awal, sempat membikin di atas kain 10 meter juga gagal. Kalau bicara kegagalan, tak terhitung kegagalan yang saya alami. Tak terhitung gagalnya. Tapi saya ini semakin penasaran dengan kegagalan itu. Akhirnya, saya berhasil membikin batik ecoprint," katanya.

Erna Kuswandari mengatakan batik ecoprint bikinannta dijual dengan harga bervariasi. Harga kain batik dijual di pasaran senilai Rp200.000-Rp350.000 per potong (ukuran 2,5 meter X 110 cm).

"Saat ini saya sudah mulai menyetok kain dan lainnya. Dalam satu pekan, saya bisa memproduksi [sekaligus menjual] sebanyak satu lusin kain. Saat memproduksi kain, saya dibantu tiga orang," katanya.

Baca juga: Cegah Klaster Tarawih di Klaten, Warga Panas dan Batuk Jangan ke Masjid

Salah seorang tenaga kerja Erna Kuswandari, yakni Bunga, mengaku sempat kebingungan saat diajak membantu membikin ecoprint dengan Erna Kuswandari. Hal paling sulit dalam membikin ecoprint, yakni menyiapkan bumbu untuk menentukan warna. Bumbu-bumbu yang dimaksud, seperti menggunakan pewarna alami dari beberapa kayu pilihan.

"Awal pembuatan itu dengan teknik pukul. Setelah itu dipilih teknik kukus. Yang mencampurkan bumbu-bumbu itu Mbak Erna sendiri," katanya.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya