Foto: Switzy Sabandar/JIBI/Harian Jogja

PromosiJalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Umumnya, batik diterapkan di selembar kain. Namun, apa yang dilakukan masyarakat di salah satu dusun yang terletak di Desa Sendangsari, Pajangan, Bantul ini agak lain. Mereka membatik dengan media kayu. Anda pun bisa belajar membuat.

Sejak 13 tahun silam, Dusun Krebet di Desa Sendangsari resmi menjadi desa wisata. Orang banyak mengenalnya dengan sebutan Desa Wisata Krebet. Wisatawan domestik maupun macanegara kerap menyambangi desa wisata yang terletak di pegunungan tandus berjarak 20 kilometer dari Kota Jogja ini.
Aktivitas membatik kayu di dusun yang dihuni sekitar 900-an orang ini terbukti mampu menarik perhatian para turis. Para wisatawan yang berkunjung berkisar 28.000 orang per tahun.
Jenis kayu yang digunakan sebagai material dasar adalah kayu lunak, antara lain, sengon, pule, dan mahoni. Biasanya, kayu-kayu tersebut sudah berwujud pernak-pernik, seperti topeng kayu, miniatur binatang, dan sebagainya.
Sama halnya dengan membatik di atas kain, canting dan malam pun tidak boleh ketinggalan. Hanya saja, cat yang digunakan memang berbahan kimia karena lebih kuat dan tidak bisa menggunakan pewarna alam, mengingat tekstur kayu yang susah menyerap jika dibandingkan dengan kain.
Membatik di atas kayu rata-rata memakan waktu dua jam. Floral atau bunga-bungan menjadi motif dasar yang kerap diajarkan pemandu kepada wisatawan. “Walaupun dalam praktiknya, wisatawan juga bebas memorehkan motif apapun di media kayu yang mereka pegang,” terang Yulianto, Ketua Harian Desa Wisata Krebet, kepada Harian Jogja pekan lalu. Hasilnya pun dapat dibawa pulang wisawatawan sebagai souvenir.
Ia menyebutkan, biaya belajar membatik kayu di desa wisata Krebet relatif terjangkau. Untuk membatik dengan kayu berbentuk gantungan kunci hanya dikenakan harga Rp30.000.
Jika wisatawan berminat membatik topeng, maka harus merogoh kocek Rp55.000 sampai Rp75.000, tergantung dari ukuran topeng yang dijadikan media. Membatik kayu dapat diajarkan oleh warga setempat kepada wisatawan yang datang bersamaan. “Minimal lima orang, baru kelas singkat dibuka,” ujarnya.
Jika ingin lebih lama menetap di desa wisata seluas 104 hektar ini, pengunjung juga dapat memanfaatkan homestay yang disediakan. Setidaknya terdapat 30 homestay di Desa Wisata Krebet yang dapat dipilih wisatawan.
Menginap di homestay tidak sekadar menjadikan tempat tersebut sebagai area untuk beristirahat, melainkan juga berinteraksi dengan penduduk asli setempat. “Homestay yang disediakan memang menyatu dengan rumah penduduk,” tukas Yuli.
Ada tiga paket menginap yang ditawarkan, kamar dengan isi satu orang dikenai biaya Rp80.000, satu kamar diisi dua orang Rp140.000, dan sekamar diisi tiga orang dihargai Rp180.000. Biaya itu, lanjut dia, sudah termasuk fasilitas makan tiga kali sehari dan makanan ringan dua kali sehari.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Rekomendasi