SOLOPOS.COM - Novie Syaiful Hidayat (Solopos/Istimewa)

Solopos.com, SOLO — Dalam kesederhanaan kita bisa melihat kesempurnaan. Kadang kita berpikir semakin sederhana hidup seseorang, yang dikerjakan simpel dan tidak memerlukan teori-teori yang rumit. Dalam siklus ilmiah, sebenarnya semua berawal dari tindakan manusia. Tindakan manusia yang dilakukan tepat dan sesuai keadaan serta menjawab masalah kemudian dibakukan dalam bentuk teori.

Teori dijadikan pedoman oleh orang-orang dalam menyelesaikan masalah yang sama atau hampir sama. Seiring berjalannya waktu, teori-teori tersebut diperbarui mengikuti perubahan perilaku manusia menghadapi masalah yang semakin kompleks seiring dengan perubahan zaman. Demikian seterusnya.

Promosi Piala Dunia 2026 dan Memori Indah Hindia Belanda

Dalam benak kita mungkin berpikir yang dilakukan petani jauh dari teori-teori ilmiah yang rumit. Anggapan itu salah ketika kita cocokkan satu per satu yang dilakukan petani dibandingkan dengan teori-teori rumit yang kita tahu.

Saya yang pernah menjadi mahasiswa fakultas pertanian menjalani fase dikenalkan dengan perilaku petani. Hidup bersama mereka selama sepekan untuk praktikum. Hal tersebut tidak hanya pada satu mata kuliah. Beberapa kali dilaksanakan untuk mengkaji mata kuliah yang berbeda pada setiap tingkatan.

Berdasar pengalaman tersebut, saya belajar banyak hal tentang kesederhanaan, kekeluargaan, saling menghormati, gotong royong, dan banyak hal yang lainnya. Itu terus dilaksanakan oleh kampus-kampus pertanian di seluruh Indonesia. Petani cenderung berhati-hati dalam mengelola keuangan.

Prinsip pertama yang saya pelajari dari petani adalah hati-hati. Prinsip hati-hati ini sejalan dengan teori perencanaan keuangan yang menitikberatkan pada teliti dalam membedakan antara kebutuhan dan keinginan. Dalam mengalokasikan penghasilan untuk kebutuhan pokok makan, hal utama yang dilakukan petani adalah menyisihkan hasil panen berupa beras.

Disisihkan untuk memenuhi kebutuhan makan selama jangka waktu antara panen sekarang dengan panen berikutnya. Kebutuhan beras harus aman dengan jumlah yang disimpan sesuai dengan jumlah kebutuhan kira-kira empat bulan untuk seluruh anggota keluarga. Petani tidak mengeluarkan biaya yang kira-kira tidak penting dalam urusan makan.

Jajan atau makan di luar rumah tidak menjadi prioritas para petani. Cukuplah makan di rumah. Dengan sayur dan lauk yang kebanyakan dipenuhi dari halaman sendiri, seperti telur ayam kampung, daging ayam kampung, daging kelinci, ikan lele dari kolam sendiri, dan sayuran dari kebun sendiri.

Petani membatasi membeli pakaian baru sekali dalam setahun, jamak pada waktu lebaran, kecuali untuk seragam sekolah sesuai tahun ajaran baru. Bagi keluarga petani, healing, piknik, dan semisalnya  cukuplah dengan ikut piknik yang diadakan masyarakat bersama-sama, komunitas pengajian, atau kelompok tani. Bagi mereka, jalan-jalan di sawah sambil tilik tanaman merupakan healing yang sempurna.

Pendidikan

Terlepas dari kebutuhan sandang, pangan, dan papan, keluarga petani memprioritaskan  kebutuhan pendidikan anak. Bagi mereka, pendidikan anak sangatlah penting. Para petani tidak pernah segan menjual ternak maupun perhiasan emas mereka untuk membayar biaya sekolah anak-anak.

Para petani menyediakann dana darurat. Dalam menjalani kehidupan, tidak semua bisa berjalan mulus sesuai yang direncanakan. Banyak hal yang tiba-tiba saja terjadi di luar rencana. Contoh yang sering terjadi adalah musibah yang menimpa anggota keluarga, seperti kecelakaan dan musibah yang menimpa usaha tani mereka hingga mengakibatkan puso atau gagal panen.

Apabila salah satu dari dua hal tersebut terjadi, keuangan keluarga petani bisa terganggu. Saat itulah manfaat memiliki dana darurat dirasakan. Hal yang paling sering dilakukan petani untuk berjaga-jaga adalah dengan memelihara ternak yang bisa dengan mudah diuangkan. Bisa dijual sewaktu-waktu membutuhkan dana darurat.

Saat ini ada asuransi usaha tani dan ternak yang bisa dimanfaatkan oleh petani untuk mengantisipasi bencana yang menimpa usaha tani mereka. Pencatatan keuangan, walaupun tidak secara detail, dilakukan para petani. Mereka menghitung pendapatan yang masuk. Ini penting dilakukan agar bisa membagi alokasi penghasilan untuk memenuhi kebutuhan.

Perilaku ini sangat kelihatan ketika ada keluarga petani yang mempunyai hajatan ketika mengkhitankan atau menikahkan anak. Ada anggota keluarga yang secara khusus ditugasi mencatat setiap sumbangan yang masuk. Siapa yang memberikan sumbangan, berupa apa, dan berapa nilainya.

Hal tersebut sangat penting bagi mereka. Suatu saat mereka mendapat undangan dari tetangga atau saudara, mereka akan melihat catatan mereka sebagai pertimbangan dalam ”mengembalikan”. Mereka berpandangan sudah selayaknya pernah dibantu maka wajib membantu.

Petani juga sadar investasi. Perilaku petani dalam mengalokasikan penghasilan untuk investasi terlihat dalam perluasan usaha tani dengan memelihara ternak dan menyimpan uang mereka dalam bentuk perhiasan emas yang secara nilai ekonomi tidak mengalami penyusutan.

Berdasar hal-hal tersebut, kita bisa mengetahui kunci hidup tenang dan ayem para petani adalah kedisiplinan mereka menjaga setiap langkah dan tindakan agar tidak mengakibatkan mereka susah pada belakang hari. Sederhana dalam berpikir, berperilaku, dan bersikap, terutama dalam pengelolaan keuangan keluarga.

(Esai ini terbit di Harian Solopos edisi 15 September 2022. Penulis adalah pegawai negeri sipil Dinas Pertanian Pangan dan Perikanan Kabupaten Karanganyar, Provinsi Jawa Tengah)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya