SOLOPOS.COM - Selfie berlatar Gunung Merbabu. (Mariyana Ricky P.D./JIBI/SOLOPOS)

Solopos.com, BOYOLALI -- Upaya rehabilitasi kawasan Taman Nasional Gunung Merbabu bakal dimulai dari kawasan jalur pendakian yakni dengan mengembangkan vegetasi rerumputan.

“Rerumputan di sekitar jalur pendakian akan kami biarkan tumbuh dahulu,” ujar Kasubbag TU Balai Taman Nasional Gunung Merbabu (BTNGM) Johan Setyawan kepada wartawan, Rabu (16/10/2019).

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Rerumputan ini kemudian akan diimbangi dengan sejumlah tanaman keras seperti akasia, puspa, dan pinus.

Dengan demikian, lanjut Johan, jalur pendakian tidak akan dibuka dalam waktu dekat. Apalagi kewaspadaan terhadap kebakaran lahan dan hutan (karhutla) ditetapkan hingga November mendatang.

Dia menjelaskan rumput yang banyak diinjak juga bakal memperlambat proses pemulihan vegetasi. Untuk itu pihak BTNGM juga akan melakukan patroli jalur secara berkala dengan beberapa pemangku wilayah setempat di seluruh titik pendakian.

Di lain sisi, upaya rehabilitasi juga terkendala kondisi alam yang tidak stabil. Setelah dinyatakan padam, titik api kembali muncul sejak Selasa (15/10/2019) sore di wilayah Desa Cuntel, Kecamatan Getasan, Kabupaten Semarang.

Hingga kini upaya pemadaman masih dilakukan dengan cara manual, yakni membuat sejumlah ilaran api agar kebakaran tak meluas.

“Kebakaran saat ini masih terjadi di (lereng) sisi barat,” imbuh Johan. Dengan demikian, area yang terbakar mencapai 650 hektare (ha) dari total 5.800 ha luas taman nasional.

Kebakaran itu menjangkau seluruh zona yang dimiliki taman nasional meliputi zona tradisional yang berbatasan dengan wilayah desa, zona rehabilitasi, zona rimba, hingga zona inti yang menjadi habitat sejumlah satwa endemik.

Namun demikian, Johan menyebut belum ada satwa yang mati akibat kejadian kebakaran hutan ini. Sementara sejumlah vegetasi tanaman keras mati, seperti akasia, puspa, dan edelweis yang merupakan flora khas pergunungan.

Terpisah, Koordinator Remaja Pecinta Alam (Rempala) Desa Ngagrong, Kecamatan Gladagsari, Joko Yuwono, mengatakan saat ini ratusan sukarelawan masih bersiaga untuk mengantisipasi kebakaran susulan.

Aktivitas sukarelawan dipusatkan di posko siaga desa berbasis masyarakat (Sibat) di Ngagrong, Ampel. Sementara itu, terkait upaya rehabilitasi, Rempala bakal melakukan penanaman.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya