SOLOPOS.COM - Tim Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Disnakertrans) Wonogiri dan Satgas Penanganan Covid-19 Wonogiri saat melakukan monitoring di perusahaan pada masa PPKM darurat. (Istimewa)

Solopos.com, WONOGIRI — Sejumlah perusahaan atau pabrik esensial di Wonogiri menerapkan sistem sif malam untuk produksi selama penerapan pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) darurat. Cara itu ditempuh guna memenuhi kebutuhan ekspor.

Kepala Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Disnakertrans) Wonogiri, Ristanti, mengatakan di Wonogiri ada perusahaan yang masuk kategori kritikal dan esensial. Namun lebih didominasi oleh perusahaan esensial.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

“Perusahaan kritikal itu contohnya bergerak di bidang makan, seperti perusahaan Agro Andalan, Deltomed dan Prima Paper. Kalau esensial di sini kebanyakan pabrik garmen,” kata dia saat dihubungi Solopos.com, Rabu (14/7/2021).

Baca Juga: Proyek Kereta Bandara YIA Sudah 96%, Target Rampung Agustus 2021

Ia mengatakan, perusahaan esensial di Wonogiri telah menerapkan sistem kerja dengan kuota pekerja masuk sebanyak 50 persen selama PPKM darurat. Namun waktu istirahat dan pulang tetap tidak dilakukan bersamaan agar tidak terjadi kerumunan.

Di sisi lain, kata dia, sejumlah perusahaan esensial besar tidak bisa menerapkan sistem 50 persen pekerja yang masuk dalam waktu satu hari. Maka solusi yang diambil, perusahaan menerapkan sif malam untuk melakukan produksi. Sehingga pada siang hari 50 persen pekerja, pada malam hari juga 50 persen pekerja.

“Perusahaan besar harus menerapkan sif malam untuk memenuhi kebutuhan ekspor. Karena sudah melakukan kontrak dengan buyer. Maka kebutuhan atau target produksi harus terpenuhi. Rata-rata perusahaan garmen yang seperti itu, tapi tidak banyak,” ungkap dia.

Ristanti menuturkan, konsekuensi perusahaan yang menerapkan sif malam harus mengeluarkan biaya lebih. Sebab secara otomatis kebutuhan bertambah. Perusahaan harus menyediakan layanan antar-jemput karyawan. Selain itu harus memfasilitasi makan dan susu pada malam hari.

“Intinya selama PPKM darurat ini ada cara kerja baru yang diterapkan perusahaan. Secara protokol kesehatan sesuai dengan peraturan, secara bisnis masih berjalan,” ujar dia.

Sementara itu, untuk perusahaan kritikal, karyawan di bidang produksi bisa bekerja 100 persen. Sebab produksi yang dihasilkan berkaitan langsung dengan kebutuhan masyarakat. Namun untuk karyawan manajemen yang masuk hanya 25 persen.

Ristanti mengatakan, jumlah perusahaan di Wonogiri yang karyawannya lebih dari 50 orang ada 47 pabrik. Selama PPKM Disnakertrans Wonogiri dan Satgas Covid-19 telah memantau aktivitas di seluruh perusahan. Mulai dari protokol kesehatan yang diterapkan hingga perlindungan apa yang diberikan perusahaan kepada karyawan.

Baca Juga: Anak-anak Jateng Mulai Divaksin Covid-19, Diawali Dari Semarang

“Di masa pandemi, terlebih pada PPKM darurat, perusahaan harus lebih memberi perlindungan kepada karyawan. Kami perintahkan untuk melakukan rapid antigen acak, menambah vitamin hingga memanfaatkan ruang yang tidak terpakai agar tidak terjadi kerumunan. Sejauh ini semua sudah patuh aturan,” kata Ristani.

Ketua Forum HRD Wonogiri, Kristiatmojo, mengatakan seluruh perusahaan yang ada di Wonogiri telah melaksanakan ketentuan sesuai dengan instruksi Pemerintah Daerah Wonogiri. Namun memang ada beberapa sektor yang berbeda, ada kritikal dan esensial.

“Ada yang menerapkan 50% pekerja yang masuk. Ada yang menerapkan dua sif, pagi dan malam dengan protokol kesehatan ketat. Di perusahaan kami, PT Nesia Pan Pacific, karyawan administrasi yang masuk hanya 10%, sisanya work from home,” kata Kristiatmojo.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya