SOLOPOS.COM - Ilustrasi tenaga kesehatan. (Freepik)

Solopos.com, SOLO — Selama menangani pasien Covid-19, para tenaga kesehatan atau nakes di Solo kerap harus menghadapi sikap keras kepala dan ngeyel pasien maupun warga yang menjadi kontak kasus positif Covid-19.

Seperti diungkapkan Kasi Keperawatan RSUD Bung Karno Solo, Suharmanto. Sebagai rujukan Covid-19 di Solo, nakes RSUD Bung Karno sudah merawat puluhan pasien positif baik yang bergejala maupun tidak.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

“Di tempat isolasi kami ada kamera CCTV yang bisa untuk komunikasi. Setiap kami cek, pasien selalu bergerombol meski sudah dilarang. Mereka juga membuat tulisan yang diarahkan kamera CCTV, ‘kapan saya pulang’, begitu. Padahal swab evaluasinya masih positif,” kisahnya saat diwawancarai Solopos.com, Kamis (6/8/2020).

Positif Covid-19 Solo Tembus 290 Orang, Lagi-Lagi Pasien Suspek Naik Kelas

Para nakes di RS milik Pemkot Solo itu pun harus benar-benar bersabar menghadapi sikap para pasien Covid-19. Suharmanto bercerita pernah ada pasien Covid-19 Solo yang merasa tidak sakit malah menuduh sampel swab yang diambil nakes sudah tercemar pasien lain sehingga hasilnya jadi positif.

Sikap Kasar

Kepala Puskesmas Purwosari, Nur Hastuti, menuturkan cerita yang hampir sama. Nur menceritakan sikap kasar kerap ditujukan masyarakat kepada nakes yang melakukan tracing kasus Covid-19

Saat tracing, nakes mendatangi kontak erat yang satu rumah atau kontak pekerjaan atau kontak sosial. Setelah itu kontak ini didata untuk diambil swab. Petugas juga harus mengetahui kondisi pasien konfirmasi apakah sakit atau tidak.

Gara-Gara Proyek Tol Solo-Jogja, 9 Rumah di Klaten Ini Terancam Terisolasi

Hal itu dilakukan nakes untuk menentukan apakah pasien Covid-19 Solo itu perlu isolasi mandiri atau tidak. “Selain itu mengecek kondisi kelayakan rumah untuk isolasi mandiri. Jika tidak memenuhi, pasien akan dirawat di rumah sakit,” kata dia, Kamis (6/8/2020).

Di tengah usaha menghimpun data tersebut, tak jarang para nakes mendapat perlakuan tidak mengenakan. Penolakan, pengusiran, bentakan, hingga ucapan tak mengenakan harus mereka telan dengan besar hati.

Tak sedikit pula warga yang menuding Covid-19 hanya konspirasi, manipulasi data dengan bertujuan mengeruk insentif. Mereka juga tak mengacuhkan upaya wawancara, bahkan menolak diambil spesimen swab untuk diuji.

Positif Covid-19 Kota Solo Tambah 7 Kasus Baru, Salah Satunya Remaja 15 Tahun

Nur mencontohkan saat nakes Puskesmas Purwosari, Solo, melakukan tracing pasien positif Covid-19 dari klaster Tahu Kupat. Saat itu ada kontak pasien yang tanpa gejala. Mereka merasa tidak sakit dan menolak karantina mandiri.

“Ada pula yang sudah diambil spesimennya tapi enggak mau tinggal di rumah saja, masih beraktivitas. Mereka bilang mereka hanya dicovidkan,” jelas Nur.

Meneror Nakes

Bahkan ketika hasil swab kontak keluar dan positif, kontak pasien tersebut malah balik meneror nakes yang menginformasikan. Kontak pasien itu menelepon bolak-balik dan meminta bukti autentik bahwa dia sudah tertular virus SARS CoV-2.

2 Acara Hajatan di Cepogo Boyolali Dibatalkan Setelah Didatangi Tim Gugus Tugas Covid-19

“Ada yang bilang terang-terangan enggak mau uji cepat, enggak mau uji swab. Wis ora covid-covidan. Muk diapusi konspirasi [sudah enggak usah covid-covidan, hanya dibohongi konspirasi],” kata dia.

Kepala Puskesmas Sibela, Tutik Asmi, menyebut masyarakat pada awalnya gagap menghadapi pandemi Covid-19. Sebagai puskesmas yang menangani pasien pertama Covid-19 di Solo, masyarakat di wilayahnya sempat panik dan enggan mengikuti arahan nakes agar karantina mandiri.

“Mereka enggak mau isolasi mandiri karena harus keluar bekerja meski sudah didukung bantuan sembako. Akhirnya, kami minta Dinas Sosial [Dinsos] memasakkan dan menyuplai makanan setiap hari,” ucap Tutik.

Rudy: Kepala Pun Saya Berikan untuk PDIP & Masyarakat Solo!

Tutik mengatakan lama kelamaan masyarakat mulai mengerti. Karantina mandiri bertujuan memutus rantai persebaran virus penyebab Covid-19. Mereka lantas gotong royong menyuplai pangan bagi warga yang wajib karantina.

Tetangga sekitar pun bersedia memantau dan melaporkan jika warga yang karantina itu tidak tertib. “Kami terus melakukan pendekatan dan sosialisasi. Tapi memang tetap saja ada yang menyulitkan kerja kami, menolak uji swab, menolak karantina mandiri. Harus berkali membujuk baru mau, ya, pendekatan berkali-kali,” kata dia.

Berharap Masyarakat Memahami

Kepala DKK Solo, Siti Wahyuningsih berharap masyarakat mau memahami pola penularan dan penanganan Covid-19. Siapa pun berpotensi menularkan dan tertular.

Warga Laweyan Jadi Tersangka Pencurian Mobil Bank BRI Solo, Ternyata Ini Motifnya



“Penularannya dari mana, tidak ada yang tahu. Yang penting adalah memutus mata rantai penularan,” kata dia.

Semua nakes yang menangani pasien Covid-19 di Solo bekerja sesuai prosedur berdasarkan sumpah profesi. “Hasil pengujian sampel dikirimkan ke laboratorium, dan laboratorium juga bekerja dengan baik,” kata dia.

Para nakes yang bekerja juga tak lepas dari risiko. Mereka bisa saja tertular Covid-19 saat terjun ke lapangan, ketika penanganan pasien, dan pengambilan spesimen.

HUT RI, Warga Sukoharjo Dilarang Gelar Malam Tirakatan Apalagi Lomba Agustusan Lucu-Lucuan

Pantauan Solopos.com di berbagai akun media sosial yang mengunggah informasi tentang perkembangan kasus Covid-19, beberapa pekan terakhir, banyak yang mengomentari dengan nada sinis dan apatis.

Ada yang menilai itu adalah informasi sampah, ada pula yang menilai Covid-19 akan hilang jika tidak diberitakan. Meskipun demikian tak sedikit pula yang berkomentar bijak dengan mengajak masyarakat disiplin mematuhi protokol kesehatan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya