SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

Solopos.com, BOYOLALI—Sekitar pukul 09.30 WIB, Rabu (13/3/2019), pintu sebuah ruangan di pojok Kantor Desa Catur, Kecamatan Sambi, Boyolali, tampak tertutup. Gembok berkarat masih menempel di sana. Lantai berdebu juga jamak ditemui.

Tidak terlihat seorang perangkat desa pun membukakan pintu. Padahal dari luar pintu tertulis Perpustakaan Desa Sumber Ilmu, Desa Catur, Kecamataan Sambi.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Di sisi bawah terdapat keterangan bahwa jam buka perpustakaan pada Senin-Kamis adalah pukul 08.00 WIB – 13.00 WIB. Sementara di hari Jumat perpustakaan buka pukul 08.00 WIB – 11.00 WIB.

Solopos.com sempat menunggu selama hampir 45 menit di sana. Sayang pintu tetap ditutup. Gelagat anak-anak pergi ke perpustakaan sepulang sekolah juga tidak terlihat. Pemandangan serupa juga terlihat pada pekan sebelumnya.

Tidak ada aktivitas literasi di perpustakaan itu. Mahendra, 14, salah satu warga Catur justru asyik memegang gawai. Dia memainkan gim berbasis daring di pendopo kantor desa yang terletak di samping pintu perpustakaan.

Sesekali bocah kelas IX MTs tersebut berteriak-teriak ketika mobil yang dikemudikannya dalam video gim berhasil menyalip musuh.

Mahendra kerap menyambangi pendopo kantor desa untuk berselancar di dunia maya. Katanya jaringan Wi-Fi di tempat itu cukup kencang.

“Dan karena sudah punya HP sendiri juga,” tutur dia. Bagi dia bermain gawai sepulang sekolah menjadi aktivitas rutin. Hal tersebut mengalahkan minatnya membaca buku. “Kalau masuk perpustakaan terakhir saat masih SD,” tutur dia.

Selebihnya Mahendra sudah jarang membaca buku lewat perpustakaan desa. Padahal, di dalamnya, imbuh Mahendra, ratusan buku berbagai genre tersedia. Mulai buku anak, budidaya tanaman, hingga kamus dan ensiklopedia populer.

Di Desa Banyuanyar, Kecamatan Ampel, enam unit komputer yang diletakkan di Perpustakaan Desa Omah Bukuku dipenuhi serombongan bocah laki-laki. Salah satunya Muhammad Hafiz, siswa kelas II SDN Banyuanyar 1.

Di depan layar komputer Hafiz membuka kanal Youtube kemudian mencari video sebuah konser musik. Dia tak melirik sedikit pun rak buku yang berjajar di samping komputer. “Lebih suka main internet,” ujar Hafiz.

Rak-rak buku hanya diminati oleh anak-anak perempuan. Alfiani, siswa SDN Banyuanyar 1 siang itu sempat mengunjungi perpustakaan. Dia mengambil sebuah buku berisi kisah 25 Nabi dan Rasul.

Hanya berselang 15 menit mereka berlari ke luar ruangan. Hal ini berbeda dengan Hafiz dan teman-temannya yang cenderung betah lebih lama di depan layar komputer.

Internet

Pengelola Perpustakaan Omah Bukuku, Bella Sita Kurniawati, menyebutkan ada perbedaan mencolok antara pembaca buku dan pengakses internet di perpustakaan. Dalam sehari rata-rata hanya lima anak yang datang membaca.

“Sementara gim daring atau akses internet bisa mencapai 20 orang baik pakai komputer atau bawa ponsel sendiri,” tutur Bella saat berbincang dengan Solopos.com beberapa waktu lalu.

Untuk itu dirinya membatasi pemakaian komputer maksimal satu jam bagi tiap anak. Bella tak memungkiri jika minat membaca buku tak sebesar minat mengakses internet.

Hal ini dibuktikan dengan lamanya durasi waktu untuk membaca hanya dalam hitungan menit. Padahal, Perpustakaan Omah Bukuku menyediakan setidaknya 2.500-an buku berbagai tema, mulai dongeng anak, agama, ilmu sosial, dan bahasa. Buku-buku itu berasal dari sejumlah bantuan baik Kabupaten Boyolali ataupun Provinsi Jawa Tengah.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya