SOLOPOS.COM - Ilustrasi korban kecelakaan. (active.com)

Solopos.com, SEMARANG — Kecelakaan maut melibatkan bus dengan seorang sukarelawan pengatur lalu lintas (supeltas) terjadi di Jalan Walisongo, Tambakaji, Ngaliyan, Kota Semarang, Senin (7/3/2022) siang. Berikut kronologi peristiwa tragis yang menyebabkan supletas atau yang populer disapa pak ogah di Semarang itu.

Berdasarkan informasi yang diterima Solopos.com, peristiwa kecelakaan maut yang menewaskan Pak Ogah di Semarang itu terjadi pada Senin siang, sekitar pukul 13.24 WIB. Kala itu, bus berpelat nomor H 1824 NY yang bertuliskan PT Indofood CBP Sukses Makmur melaju dari arah selatan, atau Tambakaji ke arah utara, atau Jalan Walisongo. Sesampainya di jalan menurun, sopir bus, David Hardiyoko, 39, warga Kaliwungu, Kabupaten Kendal, diduga kurang waspada.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Alhasil, sopir pun tidak menguasai laju kendaraan hingga menabrak Supeltas atau Pak Ogah yang tengah berdiri di jalan seusai membantu pengendara menyeberang. Akibat kecelakaan itu, Pak Ogah yang diketahui bernama Amin Sarwono, 55, warga Kampung Sendangsari, Kelurahan Tambakaji, Ngaliyan, Semarang, itu pun meninggal dunia. Korban meninggal dunia dengan luka di bagian kepala dan perut.

Baca juga: Tragis! Lagi Atur Jalan, Pak Ogah di Semarang Meninggal Ditabrak Bus

Ekspedisi Mudik 2024

Kasatlantas Polrestabes Semarang, AKBP Sigit, mengatakan hingga kini masih melakukan penyelidikan terhadap kasus kecelakaan maut yang menyebabkan kematian seorang Supeltas itu. Menurutnya, kecelakaan itu diduga disebabkan sopir bus yang kurang waspada saat melintas di jalanan menurun yang curam.

“Sopir juga tidak bisa menguasai laju kendaraan, sehingga menabrak korban hingga tewas,” ujar Sigit kepada wartawan di Semarang, Selasa (8/3/2022).

Jalur Tengkorak

Seorang saksi mata di lokasi kejadian, Tris, mengatakan korban sempat terseret bus sejauh 10 meter. Korban merupakan supeltas atau Pak Ogah yang biasa mengatur lalu lintas di lokasi kejadian.

“Iya, Pak Ogah [korban] atau tukang klebet itu sempat terseret,” ujar Tris.

Tris mengaku peristiwa kecelakaan maut itu berlangsung cepat. Ia menyebut peristiwa tragis itu terjadi di tanjakan Kawasan Industri Tambakaji (KIT). Korban sehari-hari bekerja sebagai pengatur lalu lintas di kawasan jalur tengkorak sebagai Pak Ogah. “Korban bekeja jadi pak ogah agar kendaraan dari atas KTI bisa aman saat hendak masuk jalur pantura,” bebernya.

Baca juga: Sopir Chacha Sherly Eks Trio Macan Jadi Tersangka Kecelakaan Maut di Tol Semarang-Solo

Dijelaskan Tris, setelah bus menghantam korban, bus tetap melaju menyeberang jalan raya dan masuk ke dalam kawasan pabrik PT Indofood. Bus baru berhenti setelah menabrak pagar pabrik dan tiang listrik.

“Ketika kejadian pintu pabrik dalam posisi terbuka, jadi bus langsung masuk,” ujar Tris.

Selain itu, saat kejadian arus lalu lintas di lokasi kejadian juga sepi. Tak ada pengguna jalan yang sedang melintas sehingga tak ada koban lain selain Pak Ogah. “Bus juga dalam kondisi kosong tak ada penumpang,” ungkapnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya