SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

Solopos.com, SOLO — Sejak kelulusan siswa SMA/SMK diumumkan, Senin (13/5/2019) lalu, Ananda Hafidh Rifai, menjadi terkenal. Hari-harinya di sekolah tak pernah sepi.

Ada saja yang datang kepadanya untuk mengucapkan selamat, mulai dari guru hingga teman-temannya. “Selamat ya cah bagus,” ujar salah satu guru perempuan yang datang sambil menjabat tangan Hafidh sekeluar dia dari ruang kelasnya di SMAN 4 Solo, Selasa (14/5/2019).

Promosi Pegadaian Buka Lowongan Pekerjaan Khusus IT, Cek Kualifikasinya

Ucapan selamat itu bukan tanpa alasan. Hafidh merupakan salah satu peraih nilai 100 pada mata pelajaran yang masuk ujian nasional berbasis komputer (UNBK) 2019. Hafidh tak hanya mendapat nilai 100 untuk satu mata pelajaran tetapi empat sekaligus. Artinya ia mendapat nilai sempurna untuk semua mapel UNBK.

Berbincang dengan Solopos.com di sekolahnya, Selasa, Hafidh yang sudah dinyatakan lolos Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) di Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta itu mengaku tak menyangka bisa meraih nilai 100 di empat mapel UN.

Cara belajarnya pun tak ada yang istimewa. Hanya dia mengakui terdorong keinginan untuk mengangkat derajat keluarganya.

Hafidh yang sudah ditinggalkan bapaknya, Ahmad Kusnanto, lantaran dipanggil Yang Maha Kuasa sejak kelas X SD harus hidup prihatin bersama ibu dan tiga adiknya di rumah peninggalan nenaknya di Desa Wirogunan RT 002/RW 003, Kecamatan Kartasura, Sukoharjo.

Ibunda Hafidh, Supadmi, sehari-hari bekerja sebagai pedagang mainan anak-anak di depan SD Pucangan III, Kartasura. Tentu berat bagi Supadmi untuk menghidupi keempat anaknya seorang diri hanya dari hasil jualan mainan itu.

Karena itu pula, Hafidh kerap kali membantu ibunya berjualan. Biasanya sepulang sekolah dia mulai membantu ibunya. Dia membantu membungkuskan mainan, merapikan dagangan ibunya, dan lain-lain. Ketika malam tiba, ia biasanya membantu adik keempatnya yang kini duduk di bangku kelas I SD mengerjakan PR.

“Ibu saya memiliki penghasilan Rp30.000 hingga Rp50.000 per hari untuk menghidupi empat anaknya. Paman saya juga membantu uang maupun makanan untuk biaya kehidupan sehari-hari. Setiap hari mulai pukul 07.00 WIB hingga pukul 12.00 WIB ibu berjualan di SDN Pucangan III. Terkadang pukul 16.00 WIB dilanjutkan berjualan di beberapa masjid,” tutur Hafidh.

Hafidh menjelaskan keluarganya tinggal bersama sang paman dalam satu rumah peninggalan neneknya. Dia bersama keluarganya harus berbagi rumah dengan pamannya.

Semenjak kematian ayahnya ketika duduk di bangku kelas X, dia mengajukan keringanan biaya ke sekolah. Di tengah kesulitan hidup dia tak ingin menyerah mewujudkan mimpi ibunya agar ia mengenyam pendidikan tinggi.

Setelah lulus SMA, Hafidh akan kuliah di UGM Yogyakarta Jurusan Teknik Elektronik. Dia juga mengikuti program bidikmisi sehingga tidak perlu khawatir mengenai biaya pendidikan selama kuliah.

“Semoga dengan ini saya bisa membantu ibu saya mengangkat derajat keluarga. Pesan ibu, saya kan anak pertama laki-laki, jadi harus bisa menjadi harapan keluarga,” ujarnya.

Ibunda Hafidh, Supadmi, mengaku kaget mengetahui anaknya mendapatkan nilai 100 dalam empat mapel. Dia tak menyangka anaknya akan mendapatkan nilai 100 di semua mapel UN.

Sang ibu baru mengetahui setelah ada pengumuman di sekolah. “Saya tak menyangka anak saya mendapatkan nilai sempurna. Dulu waktu di SMP, ia mendapatkan nilai 3,85,” ujarnya.

Supadmi mengakui Hafidh tidak pernah malu mengakui pekerjaan orang tuanya. Hal tersebut yang menjadikan semangat bagi dirinya untuk terus bekerja.

“Suami saya meninggal saat Hafidh masih kelas X. Suami saya pasti bangga memiliki anak seperti Hafidh,” ujarnya.

Supadmi bercerita dia bersama keempat anaknya harus tidur berdesak-desakan di tumah peninggalan orang tua tersebut. Dalam satu kamar dihuni lima orang termasuk dirinya dan beberapa perabotan.

Ia bercerita pekerjaan sebagai penjual mainan di depan SDN Pucangan 3, Kartasura, Sukoharjo hanya cukup untuk hidup sehari-hari.

Ditemui terpisah, Wakil Kepala Sekolah Bidang Kesiswaan SMAN 4 Solo, Nanang Irawanto, mengaku bangga dengan Hafidh. “Hafidh adalah siswa yang pandai dan pendiam. Tetapi sekali dia mempunyai tekad pasti terlaksana. Semoga prestasi dia [Hafidh] dapat menjadi inspirasi bagi para siswa lainnya.”

Nanang menyampaikan rasa bangga atas prestasi siswa sehingga diharapkan dapat semakin mengharumkan nama baik sekolah. Sekolah bangga karena Hafidh memang cukup menonjol di bidang akademik. Daat ada kesempatan berkompetisi, sekolah selalu mendukung dan menjadi fasilitator.

“Hafidh adalah siswa yang membawa pulang medali perak mata pelajaran Astronomi dari ajang Olimpiade Sains Nasional [OSN] 2017. Atas prestasi yang dia dapat sekolah akhirnya memberikan bantuan beasiswa,” kata Nanang.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya