SOLOPOS.COM - Yemi dan Yardi, dua pemuda asal Wamena Papua, berada di baris terdepan dalam upacara Hari Sumpah Pemuda di Alun-alun Sasana Langen Putra Sragen, Senin (28/10/2019). (Solopos-Tri Rahayu)

Solopos.com, SRAGEN — Empat pemuda asal Wamena Papua dan Kupang Nusa Tenggara Timur (NTT) mengikuti upacara peringatan ke-91 Hari Sumpah Pemuda di Alun-alun Sasana Langen Putra Sragen, Senin (28/10/2019).

Dua pemuda asal Papua itu bernama Yemi Kogoya dan Yardi Kogoya yang sudah 1,5 tahun tinggal di Sragen. Sementara dua pemuda asal Kupang bernama Samuel dan Novita juga sudah tinggal selama 1,5 tahun di Sragen. Mereka pelajar SMA dan SMK Kristen Sragen.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Dalam upacara itu, mereka hadir dengan pakaian adat masing-masing. Mereka membaur dengan para pemuda Sragen yang mengenakan pakaian adat dan sejumlah suku bangsa di Indonesia.

Seusai upacara, mereka ikut berfoto bersama dengan Bupati dan para pimpinan daerah lainnya di Alun-alun.

“Saya bersyukur sekali bisa ikut upacara di Alun-alun. Kesan saya semangat, luar biasa, dan enak. Orangnya enak karena lembut dan ramah. Baru kali ini ikut upacara di Alun-alun karena biasanya upacara di sekolah,” ujar Yemi saat ditanya wartawan seusai upacara.

Yardi juga memiliki kesan yang sama. Dia mengatakan upacara bisa menginspirasi para pemuda lainnya. Dia merasa bangga bisa ikut upacara Hari Sumpah Pemuda di Sragen.

“Pakaian yang saya pakai ini merupakan pakaian adat budaya Wamena,” ujarnya.

Samuel dan Novita merasa kerasan di Sragen karena pemudanya bisa bersatu dan barang-barang yang dijual di Sragen murah-murah.

“Kami sudah beli sepatu dan barang lainnya. Makanannya juga murah. Kami suka tahu kupat yang harganya hanya Rp6.000/porsi. Kalau di Kupang sekali makan habis Rp15.000/porsi,” kata Novita.

Bupati Sragen Kusdinar Untung Yuni Sukowati melihat upacara dengan melibatkan para pemuda yang mengenakan pakaian adat itu merupakan bentuk nasionalisme.

“Anak-anak kita begitu mudah mengakses informasi lewat media sosial. Kadang-kadang mereka tidak bisa memilah mana yang benar dan salah. Ini menjadi tantangan bagi pemerintah agar para pemuda tidak terjebak pada sisi negatif dari kemajuan teknologi. Kami tidak bisa membendung teknologi tetapi bisa diarahkan agar bisa menggunakan teknologi dengan bijak,” kata Bupati.

Kapolres Sragen AKBP Yimmy Kurniawan menambahkan ke depan friksi-friksi negatif harus dikesampingkan karena pemuda memiliki kepentingan yang sama, yakni untuk memajukan Indonesia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya