SOLOPOS.COM - Tangkapan layar Gunung Merapi dari Google Earth, Selasa (3/3/2020).

Solopos.com , BOYOLALI – Gunung Merapi kembali erupsi pada Selasa (3/3/2020) sekitar pukul 5.22 WIB. Erupsi itu mengakibatkan turun hujan abu vulkanik di kawasan Boyolali Kota, Musuk, hingga Gatak dan Kartasura, Sukoharjo.

Gunung dengan ketinggian 2.986 mdpl ini pernah erupsi pada 2010. Letusan itu disebut-sebut sebagai yang terbesar dalam periode 140 tahun. Letusan besar sebelumnya terjadi pada 1870.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Mematahkan Mitos Pulung Gantung Di Gunungkidul

“Kita hampir melupakan kalau Gunung Merapi itu pernah eksplosif sekali. Dan sekarang ini letusannya eksplosif vertikal dengan ketinggian awan panasnya mencapai 7,5 km,” kata Kepala Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Sukhyar, dikutip dari Detik.com, Selasa (3/3/2020).

Dahsyatnya letusan Merapi 2010 itu terekam dalam laporan yang diterbitkan Badan Geologi Kementerian ESDM. Data itu menyebutkan korban jiwa erupsi Gunung Merapi 2010 mencapai 347 orang yang tersebar di empat kabupaten yakni Sleman (246), Magelang (52), Klaten (29), dan Boyolali (10). Erupsi juga memaksa sekitar 410.388 orang mengungsi. Jumlah itu belum termasuk korban luka dan kerugian materi akibat bencana.

Lazismu Sragen: Penggalangan Dana Untuk Korban Banjir Tertinggi Di Jateng

Kronologi Erupsi Merapi

Dalam laporan itu diceritakan peningkatan aktivitas Merapi mulai terlihat pada September 2010. Kemudian, pada 20 September 2010, status Merapi dinaikkan menjadi “Waspada.” Merapi setidaknya mengalami gempa fase banyak 38 kejadian/hari, gempa vulkanik 11 kejadian/hari, dan gempa guguran 3 kejadian/hari.

Waspada! Korban Bunuh Diri Di Indonesia Lebih Banyak Dari Pengidap AIDS

Sebulan kemudian, 21 Oktober 2010, status Merapi naik lagi menjadi “Siaga.” Pada status ini Merapi setidaknya mengalami gempa fase banyak 150 kejadian/hari, gempa vulkanik 17 kejadian/hari dan gempa guguran 29 kejadian/hari ditambah laju deformasi mencapai 17 cm.hari.

“Semua data menunjukkan bahwa aktivitas dapat segera berlanjut ke letusan atau menuju pada keadaan yang dapat menimbulkan bencana,” tulis redaksi Badan Geologi dalam laporan itu sebagaimana dikutip Solopos.com, Selasa (3/3/2020).

SGS 2020: Enam Tahun, Nilai Transaksi SGS Tumbuh 1.000%

Pada 25 Oktober 2010, status Merapi berubah menjadi “Awas.” Aktivitas seismik Merapi meningkat menjadi 588 kejadian/hari gempa fase banyak, 80 kejadian/hari gempa vulkanik, 194 kejadian/hari gempa guguran dan laju deformasi mencapai 42 cm/hari. Radius aman pun diperluas menjadi 10 km dari puncak Merapi.

“Pada 26 Oktober 2010 pukul 17:02 WIB terjadi letusan pertama. Letusan bersifat eksplosif disertai dengan awan panas dan dentuman. Hal ini berbeda dengan kejadian sebelumnya, yaitu letusan bersifat efusif dengan pembentukan kubah lava dan awan panas guguran. Letusan yang terjadi pada 29 – 30 Oktober lebih bersifat eksplosif,” sambung Badan Geologi.

Gara-Gara Virus Corona, Tes Wawancara Beasiswa Mahasiswa Tiongkok Pakai Wechat

Kemudian, pada 3 November 2010, rentetan awan panas muncul pada pukul 11.11 WIB. Kadar fluks SO2 (sulfur dioksida) di udara terpantau mencapai 500 ton/hari. Radius aman diperluas menjadi 15 km dari puncak Merapi. Sore harinya, awan panas dilaporkan mencapai 9 km di luar Kali Gendol. Proses pertumbuhan lava menembus volume 3,5 juta meter kubik.

Cuma Ada Di Wonogiri, Ini Fakta Janggelan Bahan Baku Cincau Hitam

Keesokan harinya, 4 November 2010, gempa tremor terjadi terus menerus dan peningkatan massa SO2 meningkat menjadi lebih dari 100 kiloton. Akibatnya, radius aman diperluas lagi menjadi 20 km dari puncak Merapi.

“[Pada] 5 November 2010, terjadi penghancuran kubah lava yang menghasilkan awan panas sejauh 15 km ke Kali Gendol. Erupsi ini merupakan erupsi terbesar,” terang Badan Geologi.

Lalu, pada 6 November 2010, tremor masih terjadi dan massa SO2 di udara mencapai puncaknya yakni 250 - 300 kiloton.

PKn Progresif, Arah Baru Pendidikan Kewarganegaraan Berkelanjutan

Sepekan berikutnya, aktivitas Merapi menunjukkan fase menurun. Radius aman diubah menjadi Sleman 20 km, Magelang 15 km, Boyolali 10 km, dan Klaten 10 km. Radius aman kembali turun pada 19 November 2010 yakni Sleman sebelah barat Kali Boyong 10 km, Sleman sebelah timur Kali Boyong 15 km, Magelang 10 km, Boyolali 5 km, dan Klaten 10 km.

Mengenal Sosok Sudarmadji, "Bapak Operasi Zebra"

Penurunan itu terus terjadi hingga akhirnya status Merapi dari “Awas” ke “Siaga” pada 3 Desember 2010. “Ancaman berikutnya adalah lahar hujan produk erupsi Merapi yang mencapai 150 juta m3. Sekitar 35% produk letusan Gunung Merapi tersebut masuk ke Kali Gendol berupa aliran piroklastik dan sisanya tersebar di sungai-sungai lain yang berhulu di lereng G. Merapi,” pungkas Badan Geologi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya