SOLOPOS.COM - Kegiatan pemilahan sampah di Tempat Pengolahan Sampah Mandiri (TPSM) di Dusun Pakem, Tamanmartani, Kalasan, Sleman. (Harian Jogja/Rima Sekarani)

Harianjogja.com, SLEMAN-Berawal dari tingginya kasus Deman Berdarah Degue (DBD) di Dusun Pakem, Desa Tamanmartani, Kecamatan Kalasan selama pada lima tahun lalu, warga Pakem kembali menghidupkan gerakan Sodaqoh Sampah atau Sedakah Sampah.

Tri Setiastomo menceritakan bagaimana kondisi lingkungan Dusun Pakem pada beberapa tahun silam. Sampah menumpuk di mana-mana dan tidak terolah. Warga pun rawan terserang berbagai penyakit. Buang sampah sembarangan sudah jadi kebiasaan yang dianggap wajar.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

“Setiap musim hujan, bahkan sampai ada sampah yang masuk ke lahan pertanian karena terbawa aliran air dari saluran irigasi,” Tri, beberapa waktu lalu.

Puncaknya, penyakit DBD banyak menyerang warga sekitar 2009 dan 2010. Warga pun mulai menyadari pentingnya menciptakan lingkungan yang lebih bersih. Namun, solusi pembuatan tempat pengolahan sampah mandiri (TPSM) tidak begitu saja bisa disepakati.

Baru pada 2012, TPSM mulai berjalan efektif. Gerakan Sodaqoh Sampah pun dicanangkan setelah mendapat dukungan dari Pemerintah Desa Tamanmartani dan Pemerintah Kabupaten Sleman.

“Mengapa namanya sedekah sampah, sebab, gerakan ini dilakukan sukarela oleh warga. Kami mengumpulkan sampah rumah tangga dari rumah masing-masing,” tutur Tri sembari menunjukkan TPSM di Dusun Pakem.

Tri menjelaskan, sampah yang sudah dikumpulkan warga dipisahkan antara sampah organik dan nonorganik. Sampah organik selanjutnya diolah menjadi pupuk kompos. Hasilnya penjualannya digunakan untuk pengembangan TPSM dan mendukung kegiatan lain di Dusun Pakem.

Sementara itu, sampah nonorganik diolah warga menjadi berbagai jenis barang kerajinan. “Hanya sampah B3 [bahan berbahaya dan beracun] yang pengolahannya kami serahkan ke DPUP [Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan] Sleman. Misalnya bekas lampu neon,” kata pria yang menjabat sebagai Kepala Dusun Pakem itu.

Diakui Tri, hingga kini, masih ada sekitar 25% warganya yang belum aktif berpartisipasi dalam gerakan Sodaqoh Sampah dan TPSM. Namun, baginya itu wajar. Semua memang butuh proses, termasuk meningkatkan kesadaran warga terkait pengelolaan sampah.

Edukasi kepada masyarakat akan tetap dilakukan secara bertahap. “Kami harap, nantinya seluruh warga bisa ikut terlibat. Tanpa dukungan dan partisipasi aktif warga, mana mungkin gerakan ini bertahan,” ujar Tri.

Terpisah, Kepala Desa Tamanmartani, Gandang Harjanta berharap, gerakan serupa Sodaqoh Sampah di Dusun Pakem, bisa ditiru di dusun lainnya. Terlebih, di Desa Tamanmartani sudah memiliki tempat pengolahan sampah yakni di Dusun Tamanan.

“Pengelolaannya nanti akan bekerja sama dengan DPUP, khususnya terkait pembinaannya,” kata Gandang.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya