SOLOPOS.COM - Warga Dusun Ngrapah, Desa Gupit, Nguter, Sukoharjo, mengungsi ke rumdin Bupati Sukoharjo, Jumat (25/10/2019) malam. Mereka tak kuat menghirup bau busuk limbah udara dari PT RUM. (Solopos - Bony Eko Wicaksono)

Solopos.com, SOLO -- Pakar Analisis Limbah Industri Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo, Pranoto, mengungkapkan cara untuk mengatasi bau limbah pabrik PT Rayon Utama Makmur (RUM) Sukoharjo.

Dia menilai limbah udara dari pabrik yang berlokasi di Kecamatan Nguter, Sukoharjo, itu bisa ditangani dengan penyerap. Selain itu, upaya pencegahan timbulnya bau juga bisa dilakukan dengan cleaner production atau pemantauan tahap demi tahap produksi.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Menurut dosen di Fakultas MIPA UNS ini, bau busuk tersebut bisa diserap, salah satunya, menggunakan karbon aktif.

Diawali Cekcok di Lahan Parkir, Begini Kronologi Penganiayaan 3 Pemuda di Sukoharjo

Ekspedisi Mudik 2024

“Sebenarnya bau itu bisa diserap dari alam maupun secara kimia. Mungkin selama ini pengelolaan limbahnya tidak memakai penyerap itu. Salah satu contoh bisa menggunakan karbon aktif atau yang lain kan ada. Ini tidak sulit dan tidak mahal,” ujarnya saat diwawancarai Solopos.com, Selasa (5/11/2019).

Dosen yang mengambil spesialisasi Kimia Lingkungan Air ini menambahkan ada baiknya perusahaan menerapkan kontrol tahap demi tahap proses produksi (cleaner production) untuk mencegah timbulnya bau busuk.

Jika dalam satu tahapan produksi timbul masalah atau bau, perusahaan harus melakukan penanganan sebelum dilanjutkan ke tahapan berikutnya. Dengan demikian, di akhir produksi sudah tidak terjadi masalah.

Penganiayaan Anggota PSHT di Sukoharjo Dipicu Rebutan Lahan Parkir Burger King

“Dengan cleaner production bisa terkontrol. Misalnya tahap I muncul bau, semestinya diserap, kemudian baru dilanjutkan ke tahap II. Kalau tahap II ini ada bau lagi ya diserap lagi, begitu seterusnya. Dengan demikian pada tahap akhir ketika sudah timbul limbah tidak terlalu banyak konsentrasinya,” imbuh Pranoto.

Menurutnya, banyak perusahaan yang menggunakan kontrol end of pipe (EOP) atau pemantauan pipa terakhir (saat sudah menjadi limbah) sehingga terkadang sudah terlambat.

Di sisi lain, dia juga meminta kepada perusahaan untuk lebih terbuka mengenai bahan-bahan produksi terhadap divisi pengolahan limbah. Ini dimaksudkan agar penanganan terhadap masalah dapat dilakukan dengan sesuai dan semestinya.

Jadi Trending Topic Gara-Gara Lemot, Telkomsel Beri Penjelasan

“Memang harus terbuka soal bahan dasar, bahan pokok, dan bahan penolong sehingga nanti ada penyelesaian yang sesuai di pengolahan limbahnya. Sebagai contoh, pada saat kita memasak, kita harus tahu bahan-bahannya sehingga jika kurang asin, yang perlu ditambahkan ke masakan adalah garam, bukan gula. Begitu gambaran mudahnya,” kata Pranoto.

Sebagaimana diinformasikan, persoalan bau limbah PT RUM Sukoharjo masih menghantui warga sekitar. Terakhir, warga sampai mengungsi ke depan rumah dinas Bupati Sukoharjo saking tidak tahannya menghirup bau limbah tersebut.

Pemkab Sukoharjo kemudian mengeluarkan surat berisi permintaan agar PT RUM mengurangi produksi dan melakukan pembenahan pada pengelolaan limbahnya selama sepekan. Namun, deadline sepekan itu sudah berakhir dan limbah masih tetap menguarkan bau yang mengganggu warga.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya