SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

Semarangpos.com, SEMARANG — Ratusan anak berkumpul di lokasi objek wisata Hutan Tinjomoyo, Kota Semarang, Minggu (18/11/2018). Berbagai kegiatan, seperti menari, melukis, hingga bermain permainan tradisional, ditunjukkan anak-anak itu di lokasi yang setiap akhir pekan digelar Pasar Semarangan itu.

Sederet permainan itu seakan membuat mereka lupa dengan aktivitas sehari-hari yang dipenuhi padatnya jadwal menempuh pendidikan. Kegiatan kumpul bocah yang diinisiasi Yayasan Anantaka dan komunitas jaringan peduli anak di Kota Semarang itu tak lain digelar untuk menyambut peringatan Hari Anak Sedunia atau World Children’s Day 2018 yang jatuh pada 20 November nanti.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Direktur Pendidikan Yayasan Anantaka, Tsaniatus Solihah, mengaku sengaja menyelenggarakan kegiatan World Children’s Day 2018 dengan berbagai kegiatan yang merangsang gerak motorik anak. Tak hanya kegiatan melukis, menari, tapi dalam acara tersebut anak juga diberi wadah untuk menyampaikan aspirasi dalam sebuah acara talkshow.

“Kegiatan ini digelar dalam rangka mengampanyekan ruang publik bagi ekspresi anak. Di Semarang sudah sangat banyak ruang publik untuk anak. Tapi, jumlahnya masih terbatas. Ruang publik biasanya hanya untuk anak-anak sekolah, belum melibatkan anak dari berbagai komunitas seperti difable, anak panti asuhan, anak perkampungan, dan lain-lain,” jelas Tsaniatus kepada Semarangpos.com, Minggu.

Perempuan yang akrab disapa Ika Camelia itu menambahkan ruang ekspresi bagi anak sangatlah penting. Apalagi selama ini anak kerap kali diabaikan sebagai subyek pembangunan dan hanya menjadi objek.

Anak di Kota Semarang menampilkan kemampuan menari dalam acara World Children's Day di Hutan Tinjomoyo, Kota Semarang, Minggu (18/11/2018). (Istimewa-Yayasan Anantaka)

Hal itu terlihat dari seringnya anak tidak dilibatkan dalam pengambilan keputusan. Padahal, keputusan itu sangat berkaitan dengan anak karena yang menikmati hasil atau manfaat dari keputusan itu adalah si anak sendiri.

“Anak perlu dilibatkan dalam pengambilan keputusan baik di lingkungan terkecil yaitu keluarga, di sekolah atau bahkan dalam rencana pembangunan daerah untuk mewujudkan kota yang layak bagi mereka,” imbuh Ika.

Melalui kegiatan ini, Ika berharap anak-anak, khususnya yang ada di Kota Semarang, menjadi lebih berani mengekspresikan potensi diri. Tidak takut lagi dalam menyampaikan pendapat, baik di lingkungan keluarga maupun di depan publik.

Selain menampilkan berbagai kegiatan yang menuntut ekspresi anak, dalam acara bertajuk Berani Berekspresi, Wujud Partisipasi itu juga dikukuhkan Forum Anak Kelurahan Kemijen, yang menjadi pilot project anak di level kelurahan.

KLIK dan LIKE di sini untuk lebih banyak berita Semarang Raya

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya