SOLOPOS.COM - Festival Thek Thek, di Gelanggang Anuraga Boyolali, selama dua hari berturut, mulai Sabtu (19/11/2022). (Solopos.com/Nova Malinda).

Solopos.com, BOYOLALI — Pemerintah Kabupaten Boyolali melalui Dinas Komunikasi dan Informatika (Diskominfo) Boyolali menggelar festival seni Festival Thek Thek, di Gelanggang Anuraga, Boyolali, selama dua hari berturut, Sabtu-Minggu (19-20/11/2022).

Bekerja sama dengan Forum Komunikasi Media Tradisional (FK Metra) Boyolali, festival tersebut diikuti oleh 22 kecamatan di Kabupaten Boyolali. Sejumlah masyarakat umum, mulai dari anak-anak hingga dewasa, terpantau turut menyaksikan gelaran festival itu.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Kepala Diskominfo Boyolali, Bony Facio Bandung mengatakan festival bertema Mentradisikan Tradisi, digelar untuk melestarikan budaya dan komunikasi tradisional yang ada di Boyolali. Salah satu alat tradisional tersebut adalah Kentongan.

Kentongan menjadi salah satu alat komunikasi lokal, kata Bony, yang digunakan secara turun temurun untuk menyebarkan informasi sebelum era digitalisasi masuk ke Boyolali.

Kentongan punya sejumlah fungsi seperti untuk mengundang kerumunan atau kumpulan, mengabarkan berita kematian, rapat, kondangan, dan lainnya. Selain kentongan, kata Bony, alat-alat tradisional lainnya juga bisa seperti Kendang, Siter, dan lainnya, untuk digunakan dalam rangka meramaikan festival.

Baca juga: INFRASTRUKTUR BOYOLALI : Pemkab Siapkan Lapangan Penggung untuk Relokasi Terminal Sunggingan

“Tugas kami sebagai pemerintah merangkul FK Metra untuk melestarikan budaya-budaya tradisional, yang didalam era informasi itu akan tergilas oleh budaya modern,” kata Bony kepada wartawan di acara festival.

Derasnya arus digitalisasi bisa mengancam eksistensi tadisi dan alat komunikasi lokal. Maka tugas pemerintah harus hadir, kata Bony, untuk menyelamatkan tradisi-tradisi yang ada.

“Sekarang dengan adanya era digitalisasi, [tradisi dan alat komunikasi tradisional] sudah sedikit terbengkalai. Maka kami bekerja sama dengan FK Metra untuk melestarikan budaya itu agar tidak tergilas oleh budaya modern,” kata Bony.

Bony mengatakan Festival Thek Thek Boyolali tentu melibatkan anak-anak muda sebagai generasi penerus estafet budaya di Boyolali.

Sementara, Ketua FK Metra Boyolali, Ribut Budi Santoso, mengatakan festival ini menjadi salah satu upaya untuk mentradisikan tradisi yang hampir punah. FK Metra, kata Ribut, punya agenda rutin untuk mengangkat kembali media tradisional agar tetap lestari.

Baca juga: AGENDA SOLO : 15 Kelompok akan Meriahkan Festival Seni Tradisional di TBTJ

“Kalau 2021 kemarin, melalui zoom [konsepnya] adalah cerita-cerita legenda. Sekarang kami mencoba mengkhususkan diri dengan kentongan. Jadi kami mencoba mengakrabkan kembali masyarakat dengan kentongan,” kata dia saat Festival Thek Thek Boyolali.

Ribut mengatakan kentongan menjadi warisan budaya yang sangat luhur. Kentongan menjadi media keamanan pada era dulu. Kemudian saat ini, kata ribut, kentongan bisa menjadi sebuah kesenian hingga sebagai filosofi di nusantara.

“Kali ini berbeda dengan kemarin. Kemarin, pesertanya hanya 12 kecamatan, tapi saat ini hampir semua kecamatan, jadi 22 kecamatan,” kata Ribut.

Durasi waktu penampilan masing-masing peserta dibatasi antara 15 menit sampai 20 menit. Sementara jumlah peserta maksimal yang tampil sebanyak 15 orang. Hari pertama diikuti oleh 12 peserta, dan hari berikutnya diikuti oleh 10 peserta.

“Konsep kami mentradisikan tradisi, legenda-legenda yang ada dinkecamatan monggo bisa ditampilkan disini, tapi kami membuat frame terkait dengan Boyolali Metal,” terangnya.

Baca juga: TARI GOLEK MONTRO

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya