SOLOPOS.COM - Ilustrasi bedah rumah (JIBI/Solopos/Antara)

Bedah rumah yang dilakukan pemerintah pusat melalui Program Bantuan Rumah Swadaya (PBRS) menyasar ke keluarga miskin di wilayah Kabupaten Semarang.

Semarangpos.com, SEMARANG – Ratusan kepala keluarga (KK) kurang mampu, yang tersebar di wilayah Desa Sendang, Kecamatan Bringin, Kabupaten Semarang, mulai Jumat (28/1/2016), bisa menikmati hunian yang lebih layak. Kondisi ini menyusul perbaikan yang dilakukan pemerintah terhadap rumah tak layak huni yang selama ini mereka tempati.

Promosi BRI Sambut Baik Keputusan OJK Hentikan Restrukturisasi Kredit Covid-19

Perbaikan ini dilakukan pemerintah melalui Program Bantuan Rumah Swadaya (PBRS) yang digulirkan oleh Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (Kemenpupera). Program ini telah berjalan sejak enam bulan lalu dengan menggunakan biaya Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) senilai Rp2,3 miliar dan hingga kini telah menyelesaikan perbaikan di 172 rumah warga miskin di wilayah Desa Sendang.

Ekspedisi Mudik 2024

Kepala Desa Sendang, Samsudin, mengaku pada tahun 2011 tercatat ada sekitar 640 rumah tidak layak huni di wilayahnya. Pemeritah desa
sebenarnya telah mengajukan perbaikan sebanyak tiga kali pada 2011, 2013 dan 201 lalu.

Namun, permohonan itu baru dapat dipenuhi pada 2015 melalui PBRS Kemenpupera. “Proses perbaikan rumah tak layak huni melalui program PBRS ini baru berjalan efektif sejak Agustus 2015 lalu,” ujar Samsudin saat dijumpai wartawan, Jumat siang.

Samsudin mengaku sasaran program ini memang merupakan warga miskin yang rumahnya masih jauh dari standar layak huni. Setiap keluarga mendapat bantuan yang jumlahnya berbeda-beda tergantung dengan tingkat kerusakan dan kondisi rumahnya.

Jumlah bantuan itu berkisar antara Rp6-7,5 juta yang pengelolaannya dilakukan secara swakelola. Sedangkan pembangunannya, dilakukan secara bergotong royong oleh warga setempat.

“Hingga Januari 2016, jumlah rumah tak layak huni yang telah diperbaiki mencapai 172 unit. Namun, jumlah ini akan bertambah karena
rumah yang masih masuk kriteria tak layak huni di sini berjumlah sekitar 350 unit. Kami berharap tahun ini di desa ini sudah tak ada
lagi rumah yang tak layak huni,” imbuh Samsudin.

Sementara itu salah satu warga, Sumardi, 38, mengaku senang dengan program PBRS Kemenpupera ini. Ia mengaku sebelumnya rumahnya
hanya berdinding papan dan anyaman bambu. Namun, setelah diperbaiki rumahnya kini berdinding batako.

Selain itu, lantai rumahnya yang semula hanya berubah tanah kini sudah diplester secara menyeluruh. “Saya senang karena sama sekali tak
mengeluarkan biaya, kecuali hanya urun tenaga. Itupun dibantu desa warga secara gotong- royong. Untuk 2perbaikan ini, kami hanya butuh
waktu sekitar satu bulan,” terang Sumardi.

Sementara itu salah satu warga yang belum mendapat perbaikan, Yateman, 76, berharap program PBRS itu bisa segera menyasar ke rumahnya. Maklum, dari sekian banyak rumah di Desa Sendang, rumahnya tergolong tidak layak huni karena masih berdinding anyaman bambu dan juga tidak bersekat. Bahkan di rumah seluas 4×6,5 meter itu, Yateman yang hidup bersama istrinya, Tari, 72, harus tinggal bersama hewan peliharaannya, yakni ayam. “Kalau pendataan sudah dilakukan oleh tim desa. Tinggal tunggu waktunya saja. Katanya sih dalam waktu dekat ini akan diperbaiki seperti rumah yang lain,” ujar Yateman.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya