SOLOPOS.COM - Suasana Bedah Buku 'Sarinah' karya Ir Soekarno di R Auditorium Lt 1 Gedung Ghratama Pustaka, Banguntapan, Bantul, Rabu (8/2/2017). (Harian Jogja/Mayang Nova Lestari)

Buku itu dibedah di  Auditorium Lt 1 Gedung Ghratama Pustaka, Banguntapan.

Harianjogja.com, BANTUL— Menjadi Perempuan jangan hanya bergelut dengan dunia perempuannya saja. Namun perempuan juga mestinya ikut memikirkan bangsanya. Adalah buku tentang perempuan yang dituliskan Ir Soekarno berjudul ‘Sarinah’. Buku itu dibedah di R Auditorium Lt 1 Gedung Ghratama Pustaka, Banguntapan, Bantul, Rabu (8/2/2017).

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Acara bedah buku tersebut diikuti oleh sejumlah perwakilan instansi Pemda DIY, Struktural BPAD DIY, Organisasi Wanita, Dinas Perpustakaan dan Arsip Kab/kota, serta masyarakat umum. Lebih dari 100 audiens hadir mengikuti pembahasan buku Sarinah ‘Kewajiban Wanita Dalam Perdjoangan Republik Indonesia’ tersebut.

Pembedah pertama, Wahyudi Djaja, mengatakan Buku Sarinah merupakan buku yang mengulas tentang perempuan. Salah satunya menceritakan sosok Sarinah yang merupakan pengasuh Ir Soekarno sejak usia enam tahun. Bagi Soekarno, Sarinah lebih dari sekedar Asistant rumah tangga dan pengasuh untuk dirinya. Namun lebih jauh, Soekarno menganggap Sarinah menjadi salah satu wanita yang berperan banyak dalam hidup Soekarno. Banyak hal yang diajarkan beberapa di antaranya yakni terkait wejangan agar Soekarno dapat selalu menghargai perempuan dan wong cilik, juga tentang pendidikan budi pekerti luhur.

Ekspedisi Mudik 2024

Sampai akhirnya Soekarno berkomitmen untuk selalu membela masyarakat kecil. Sarinah adalah seseorang yang memberikan kasih sayang tanpa mengharap balasan dari orang yg disayanginya.

“Bagi Soekarno, sosok ibu pertiwi ada pada diri Sarinah. Bukan hanya sekedar ‘mbok’ saja tapi selalu menuntun langkah soekarno untuk bergerak melakukan perubahan,” kata Wahyudi.

Buku Sarinah berisi enam bab yang seluruhnya berbicara tentang perempuan. Buku itu merupakan karya Soekarno yang sempat ia tulis selama kurun waktu dua tahun lamanya sebeulm akhirnya dapat terbit pada tahun 1947 di tengah konflik melawan penjajah. Pada buku tersebut juga dikisahkan bagaimana Soekarno dalam perannya mendukung perempuan Indonesia yakni dengan memberikan kursus politik perempuan setiap dua minggu sekali di Jogjakarta pada masa itu.

Dalam bedah buku tersebut, Wahyudi yang juga merupakan Dosen Dokumentasi dan Kebudayaan Prodi Kearsipan Sekolah Vokasi UGM tersebut pun menggambarkan betapa sang penulis sangat menjunjung tinggi sosok perempuan bernama Sarinah.

Sarinah dijadikan inspirasi yang nyata bagi perempuan Indonesia untuk bergerak dan berjuang sebagai revolusioner yang memiliki tujuan untuk menyejahterakan kehidupan.

“Dan kamu, kaum wanita Indonesia, akhirnya nasibmu adalah di tangan kamu sendiri. Kamu harus menjadi sadar, kamu sendiri harus terjun mutlak dalam perjuangan,” kata Wahyudi mengutip pesan Soekarno dalam Sarinah.

Pembedah buku kedua, Tustiyani mengatakan bahwa membedah Sarinah yakni untuk memberikan inspirasi perempuan ndonesia agar tidak hanya berada di jalur domestik saja. Namun juga berkiprah dan beraktualisasi di segala bidang untuk membangun bangsa lebih baik lagi.

Pembicara ketiga, Yuni Satya Rahayu, membedah Sarinah dari sisi Soekarno yang luar biasa dimana masih sempat berkomitmen memberikan pencerahan bagi perempuan Indonesia melalui Sarinah.

“Sarinah adalah pemikiran Bung Karno yang cukup lama tentang perempuan. Sarinah lah yang membangun komitmen bahwa bung karno harus mendukung dan membela wong cilik,” kata dia.

Kali kedua giat bedah buku dihelat oleh Badan Perpustakaan dan Arsip Daerah Daerah Istimewa Yogyakarta (BPAD DIY). Setelah sebelumnya membedah buku berjudul 50 Kisah Tentang Buku, Cinta dan Cerita di Antara Kita beberapa waktu lalu, kini dengan tema, pembahasan, serta pembedah yang berbeda.

“Kali ini dengan tema melawan lupa, bahwa proklamator kita pernah menulis tentang perempuan, dengan tokoh inspirasinya yakni Sarinah,” katanya.

Selain itu, pula bedah buku juga menjadi program untuk terus meningkatkan minat dan budaya baca di masyarakat. Sebanyak 16 kali bedah buku akan dilaksanakan, dua bedah buku dilakukan di Ghratama Pustaka, sedang 14 lainnya menyasar perpustakaan desa di lingkungan DIY.

“Kami berusaha menyambungkan info terbaru dari penulis dan penerbit ke masyarakat luas. Dimana selama ini buku hanya tersedia di toko buku yang tak terjangkau masyarakat desa,” kata Kepala Bidang Pengembangan Perpustakaan Daerah BPAD DIY, Bambang Budi Sulistyo. Diharapkan bedah buku tersebut sampai pada sasaran yang tepat yakni masyarakat yang berada di desa.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya