SOLOPOS.COM - Ilustrasi Peta Pulau Jawa. (Twitter)

Solopos.com, CIREBON – Meskipun berada dalam satu pulau yang sama, Suku Jawa dan Suku Sunda memiliki bahasa yang berbeda. Seperti yang diketahui, Suku Jawa menggunakan Bahasa Jawa yang digunakan hampir mayoritas daerah di Pulau Jawa, khsusnya di Jawa Tengah, Daerah Istimewa Yogyakarta, dan Jawa Timur.

Sedangkan Suku Sunda menggunakan Bahasa Sunda yang lingkup penggunaannya terpusat di Jawa Barat dan Banten. Namun Bahasa Jawa dan Bahasa Sunda berasal dari akar bahasa yang sama, yaitu Bahasa Melayu Polinesia.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Baca juga: Asale Orang Jawa, Keturunan Siapa?

Sejak masa ekspansi Kerajaan Mataram Islam hingga ke kawasan Jawa Barat, budaya Jawa modern yang dihasilkan Kerajaan Mataram Islam mempengaruhi sebagian budaya Sunda, salah satunya dalam berbahasa. Dulunya, Bahasa Sunda tidak mengenal strata atau tingkatan berdasarkan usia dan jabatan, namun sejak adanya pengaruh Kerajaan Mataram Islam, terdapat strata dalam Bahasa Sunda.

Pengaruh Kerajaan Mataram Islam ini juga membuat beberapa daerah di Jawa Barat yang dekat dengan perbatasan Jawa Tengah, seperti Cirebon, Cilegon, Indramayu dan daerah-daerah sekitarnya serta Kota Serang, Banten juga menggunakan Bahasa Jawa. Meski demikian, pelafalan dan dialek bahasa itu berbeda. Selain itu, Bahasa Jawa dan Bahasa Sunda memiliki banyak kemiripan dalam kosakatanya. Sebagian besar memiliki pelafalan yang berbeda namun ada juga yang sama persis satu dengan yang lain.

Baca Juga: Lukisan Karya Difabel Laku Rp357 Juta, Risma: Ada yang Bersejarah

Bahasa Sunda dan Jawa 

Berdasarkan pantauan Solopos.com di kanal Youtube Putih Abu-Abu, Jumat (3/12/2021), terdapat beberapa kosakata dalam Bahasa Jawa dan Bahasa Sunda yang mirip. Di antaranya ada kata ‘dahar’ yang memiliki arti makan. Dalam Bahasa Jawa, kata ‘dahar’ termasuk dalam tingkatan kromo alus atau versi halus yang disampaikan oleh orang muda kepada yang lebih tua namun dalam Bahasa Sunda, kata ‘dahar’ termasuk kata yang kasar.

Kemudian ada ‘Gusti’ yang dalam Bahasa Jawa dan Sunda memiliki arti yang sama, yaitu Tuhan. Pelafalannya dan penulisannya juga sama. Lalu ada kata ‘Bade’ yang memiliki arti akan atau hendak dan kata ini dalam kedua bahasa tersebut sama-sama masuk dalam kategori versi halus. Ada lagi ‘Ngapunten’ yang bermakna memaafkan. Kata ini, baik dalam Bahasa Jawa maupun Bahasa Sunda juga masuk dalam kategori halus, hanya saja dalam Bahasa Sunda, penulisan berbeda pada konsonan awal, yaitu mengggunakan huruf ‘H’ sehingga ditulis  ‘Hapunten’

Baca Juga: Suku Sunda dan Jawa Tinggal 1 Pulau, Tapi Kok Beda Bahasa?

Kemudian ‘Saya’ dalam Bahasa Sunda dan Jawa ada kemiripan, hanya berbeda pelafalan dan penulisan. Dalam bahasa Sunda berbunyi ‘Kaula’, sedangkan dalam Bahasa Jawa berbunyi ‘Kawulo.’ Kemudian ‘eling’ yang memiliki arti ingat. Hanya saja pelafalan dalam Bahasa Jawa mengganti huruf ‘I’ menjadi ‘e’ sehingga berbunyi seperti ‘eleng’ sedangkan dalam bahasa Sunda tetap dibaca sesuai tulisannya, ‘eling.’

Seperti yang telah diberitakan Solopos.com, alasan mengapa suku Sunda tidak berbahasa Jawa seperti daerah di pulau Jawa pada umumnya dikarenakan karena suku Sunda bukan bagian dari suku Jawa. Suku Sunda sudah mengenal Bahasa Sunda sejak zaman kerajaan Pasundan, di mana saat itu tokoh-tokoh panutan, seperti pejabat dan raja-raja kerajaan menggunakan Bahasa Sunda sebagai komunikasi sehari-hari.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya