SOLOPOS.COM - Ketua PDI Perjuangan Megawati (kabar24.bisnis.com)

Solopos.com, JAKARTA -- Isu suksesi kepemimpinan di tubuh PDIP mulai diembuskan meski masa bakti Ketua Umum (Ketum) Megawati Soekarnoputri baru akan berakhir 2024. Adalah Ketua DPC PDIP Solo, FX Hadi Rudyatmo, yang kali pertama mengembuskan isu sensitif tersebut.

Mantan Wali Kota Solo itu menyebut Prananda Prabowo yang pantas menggantikan ibunya, Megawati, di kursi Ketum PDIP. Namun, anak Megawati yang digadang-gadang jadi suksesor sang ibu bukan cuma Prananda. Ada Puan Maharani yang lebih populer di mata publik.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Membicarakan isu suksesi di tubuh PDIP cukup menarik dibahas karena anggaran dasar dan anggaran rumah tangga (AD/ART) partai berlambang banteng moncong putih ini berbeda dengan parpol kebanyakan. Terutama menyangkut pemilihan ketua umum.

Ambil contoh, di Partai Demokrat, ketum dipilih melalui pemilihan dalam kongres atau kongres luar biasa. Nama calon ketum usulan dari DPC hingga DPD. Sementara di PDIP, satu-satunya cara untuk bisa masuk bursa calon ketum adalah diusulkan ketum petahana.

Baca Juga: Eks Wali Kota Solo Rudy Dukung Tokoh Ini Sebagai Ketum PDIP Jika Megawati Lepas Jabatan

Dalam ART Pasal 15 huruf e disebutkan ketum memiliki hak prerogatif "mengajukan calon Ketua Umum Partai kepada Kongres Partai."

Dengan demikian, siapa calon pengganti Megawati sepenuhnya ada di tangan Megawati sendiri.

Hal ini dibenarkan oleh elite PDIP, Hendrawan Supratikno. "Dalam AD/ART PDIP sudah jelas, ketum yang baru diputuskan oleh ketum petahana. Jadi tidak perlu ada kubu-kubuan, dukung-mendukung atau seru-menyeru. Ibu Megawati yang akan memutuskan," kata Hendrawan, seperti dilaporkan detik.com, Rabu (14/4/2021).

Antara Prananda dan Puan

Terkait siapa yang lebih layak jadi suksesor Megawati di antara Prananda dan Puan, Hendrawan mengatakan itu tergantung ketum. Namun ia menyebut Prananda dan Puan punya peran masing-masing di PDIP, sesuai perintah Megawati.

Menurut Hendrawan, Megawati memerintahkan Puan bergerak di hilir PDIP, seperti eksekutif dan legislatif. Sedangkan Prananda, kata Hendrawan, bergerak di hulu, seperti mengonsolidasi partai.

Baca Juga: Siapa yang Layak Jadi Suksesor Megawati, Prananda Prabowo atau Puan Maharani?

"Orang luar lebih sibuk bicara suksesi di partai kami, dibanding orang dalam. Salah satu sebabnya pasti karena orang dalam sudah paham dengan AD/ART partai kami. Soal suksesi sepenuhnya kewenangan ketum petahana. Dengan demikian, kader justru bisa fokus untuk melakukan hal-hal lain dan tidak menghabiskan energi untuk menimbang, meminang atau memenangkan kontestasi bagi calon yang diusungnya," kata Hendrawan kepada wartawan, Selasa (13/4/2021).

Namun Hendrawan mengakui trah Sukarno sangat vital untuk integrasi internal PDIP. Secara implisit calon ketum PDIP tak lepas dari trah Sukarno, artinya antara Prananda dan Puan.

"Setiap organisasi berhadapan dengan dua tantangan besar: membangun integrasi ke dalam, dan membangun adaptasi ke luar. Untuk integrasi internal, trah Sukarno sangat vital, karena sekujur ideologi, ruh, dan gerak organisasi partai bersumber pada ajaran-ajaran Bung Karno," ujar Hendrawan.

"Haluan dan derap perjuangan kami diturunkan dan diterjemahkan dari gagasan-gagasan besar dan mendasar dari Bung Karno," sambung eks Ketua DPP PDIP ini.

Baca Juga: Hasil Survei Tak Bisa Pastikan Ganjar Pranowo Jadi Capres PDIP

Meski demikian, Hendrawan menyebut tak tertutup kemungkinan trah di luar Sukarno bisa ambil bagian di PDIP. Namun sosok itu harus memahami seluk beluk di PDIP.

"Apakah yang bukan trah tak bisa ambil bagian? Tentu sangat bisa, dalam menjawab tantangan adaptasi eksternal. Lihat komposisi dan personel yang ada di DPP. Di situ ada simfoni lintas mozaik dan lintas kompetensi yang menarik," imbuhnya.

Faktor Historis

Sementara itu, Direktur Eksekutif Parameter Politik, Adi Prayitno, menilai cukup sulit mencari pengganti Megawati di luar trah Sukarno. Sebab, perjalanan sejarah membuktikan hal tersebut.

"Sebenarnya sangat sulit mencari sosok pengganti Ketum PDIP di luar Puan dan Prananda. Partai ini bisa kuat dan besar sampai saat ini karena faktor trah Sukarno. Ada nilai historis yang melekat di situ," kata Adi.

Baca Juga: Pengamat Ini Sebut Ganjar Belum Tentu Direstui PDIP Maju Presiden, Kenapa?

Kendati demikian, menurut Adi, dalam politik, apa pun bisa terjadi dalam sekejap. Sesuatu yang mustahil, katanya, bisa terwujud. Oleh sebab itu, dia menilai nama Presiden Jokowi dan Kepala BIN Budi Gunawan bisa menjadi penerus Megawati.

"Kalau melihat gosip politik yang berkembang di media selama ini, ada nama Jokowi dan Budi Gunawan yang selalu dinilai pas sebagai suksesor Megawati. Dua nama besar yang dinilai bisa melanjutkan success story PDIP ke depan," ujar Adi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya