SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

Satu lagi kesenian yang mirip dengan ketoprak, yaitu kesenian Brambangan. Bedanya pada kesenian ini kebebasan berekspresi menjadi esensi. Setiap pemainnya bahkan bisa membangun dialog dengan pengrawit dan juga penonton.
Kelompok kesenian Brambangan memang memiliki ciri khas yang dipertahankan. Ciri itu yang tegas menjadi pembeda dengan ketoprak. Paguyuban Laras Manunggal Budoyo (Larmandoyo) misalnya.

Saat paguyuban asal Ngambah, Mulyodadi, Bambanglipura, Bantul ini Minggu (19/6) lalu pentas di Taman Budaya Yogyakarta (TBY), mereka juga tampil mengenakan aneka kostum.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Para pemainnya bebas berdialog dengan penonton maupun pengrawit, juga berakting dengan gaya mereka masing-masing. Kostumnya pun beraneka, ada patih tapi rambutnya seperti wewe gombel, buta ijo, pemain lain mengenakan kebaya layaknya orang desa.

Lakon yang dipentaskan 15 pemain ini juga mengundang gelak tawa. “Di sini pemain bisa berdiri bebas, bicara dengan penabuh. Ini untuk menjalin komunikasi dengan penonton supaya mereka juga terlibat,” kata Mas Bekel Sastro Sumarjo, pimpinan Paguyuban Larmandoyo.

Ekspedisi Mudik 2024

Sejak kecil lelaki berusia 60 tahun ini sudah menyukai kesenian terutama karawitan dan pedalangan. Setamat SMP dia tidak melanjutkan sekolah dan menekuni dunia seni disamping menjadi abdi dalem Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat. Pada 1985 atas prakarsa Sumarjo sendiri, paguyuban ini resmi dibentuk.

Selain Brambangan, di paguyuban ini diajarkan pula seni wayang wong, karawitan, pedalangan dan tari klasik gaya Jogja. “Kalau ketoprak ceritanya bernuansa legenda, tapi kalau brambangan ceritanya gubahan dari panji dan cerita rakyat,” lanjut Sumarjo.

Menjelang pentas, Sumarjo sibuk menulis naskah. Ia juga menciptakan gending-gending, menjadi sutradara dan melatih para pemain.

“Cerita aslinya enggak ada, ini rekayasa para empu zaman dulu diambil dari cerita panji, dibuat ketoprak, dikombinasi dengan topeng. Sekarang saya tambahkan ada penarinya, istilahnya bukan ketoprak tapi langen carita,” kisah Sumarjo.

Pentas brambangan selalu diiringi gamelan, di tengah adegan diselingi tarian klasik serta terdapat dialog yang tergolong bebas. “Dulu cerita panji dijadikan acuan pertunjukan wayang beber, ada kelir yang bergambar dan dalang menceritaka gambar itu. Saya pikir-pikir kalau cerita wayang beber itu saya jadikan cerita yang dimainkan manusia gimana?” kata Sumarjo.

Ia kemudian juga merealisasikan tokoh-tokoh dalam wayang beber menjadi tokoh yang dimainkan manusia di atas panggung dalam kesenian Brambangan.

Permintaan

Selama terbentuk, Paguyuban Larmandoyo pernah pentas di berbagai wilayah seluruh DIY, Semarang dan Jakarta. Dulu Brambangan juga sempat menjadi tayangan rutin di TVRI. Berulang kali pula, Brambangan diundang dalam acara perpisahan dan hajatan. Tarif sewanya cukup murah, sekitar Rp7,5 juta hingga Rp10 juta.

“Tergantung permintaan, tarian saja, atau karawitannya saja. Kalau Brambangan butuh pemain dan pengrawit banyak jadi bayarannya tidak semurah tarian,” ujar Sumarjo.

Meski brambangan tidak banyak berkembang di tempat lain, namun Sumarjo tak pernah putus asa. Pasalnya, dari jumlah anggota paguyuban 40 orang, 30% adalah mahasiswa dan pelajar. “Regenerasinya saya sudah tidak kuatir lagi, anak-anak suka karena tidak ada tuntutan dan aturan yang baku kalau main brambangan ini,” jelasnya.

Lewat pentasnya malam itu, Sumarjo berharap penonton maupun seniman lain terinspirasi membuat bentuk kesenian serupa.

“Sulitnya cuma satu, biasanya orang malas menulis naskah, menyutradarai, melatih, semuanya sendiri. Ya tergantung kesanggupan saja, sebenarnya gampang membuat kesenian seperti ini,” pungkas lelaki yang setiap hari Sabtu menabuh gamelan mengiringi pertunjukan wayang kulit di Keraton ini.(Wartawan Harian Jogja/Tri Wahyu Utami)

HARJO CETAK

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya