SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

Be one hundred percent… Kata-kata ini seperti kita ketahui merupakan slogan minuman ringan berenergi. Saya tidak akan mengiklankan merk ini tapi ada sesuatu yang saya sampaikan melalui kata-kata ini. Saya memiliki seorang anak didik berumur 3 tahun, sebut saja Mikhail.

Dia dibawa orang tuanya dari sebuah tempat tinggal di pedalaman negeri ini dalam rangka mengikuti orang tuanya tugas belajar di Jogja. Dari sekian banyak anak didik saya, tentu Mikhail adalah anak yang butuh lebih banyak waktu dalam beradaptasi. Termasuk dalam kemampuan berbahasa Indooesia yang baik dan benar. Dengan sangat berbata- bata ia berusaba berbicara, walau selalu meninggalkan huruf tengah dari kata itu, misalnya: aku, dia selalu katakan a’u, bu guru dia selalu katakan bu gu’u. Dalam setiap aktivitas belajar Mikhail sangat hiperaktif, bahkan seolah-olah dia selalu ingin mengerjakan semua pekerjaan seorang diri!

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Dengan keyakinan bahwa ia bisa mengerjakan segala sesuatu dengan potensinya. Kisah Mikhail secara tidak Iangsung dapat kita libat dalam kisah perumpamaan tentang talenta dalam Injil Matius 25:14-30. Dalam nats ini dikisahkan tentang seorang Tuan yang akan bepergian ke luar negeri. Sebelum pergi, ia memanggil ketiga hambanya dan mempercayakan kepada ketiganya talenta tetapi dengan jumlah yang berbeda. Hamba yang pertama dipercayakan lima talenta, hamba kedua dua talenta dan yang ketiga hanya satu talenta. Kemudian seteIah Tuan itu kembali, ia meminta pertanggungjawaban dari ketiga hambanya itu. Hamba yang pertama berhasil melipatgandakan talentanya dari lima menjadi sepuluh, hamba kedua jadikan dua talenta menjadi empat.

Tuan itu berkata kepada dua hamba itu: “Baik sekali perbuatanmu itu, hai hambaku yang baik dan setia, engkau telah setia memikul tanggungjawab dalam perkara yang kecil, aku akan memberikan kepadamu tanggung jawab dalam perkara yang besar. Masuklah dan turutlah dalam kebahagiaan Tuanmu.” Tetapi hamba yang ketiga menimbun talentanya dalam tanah sehingga tidak berkembang. Dan ketika Tuannya datang ia berkata:” Tuan, aku tahu bahwa Tuan adalah manusia yang kejam yang menuai di tempat dimana tuan tidak menabur. Karena itu aku takutdan menyembunyikan talenta tuan itu di dalam tanah.

Maka jawab Tuan itu :” Hai kamu hamba yang jahat dan malas, karena itu sudah sebarusnya uangku itu kau berikan kepada orang yang menjalankannya, supaya sekembalinya, aku menerimanya serta dengan bunganya.” Pada masa Perjanjian Baru, sebuah talenta adalah merupakan suatu nilai mata uang logam yang relatif tinggi nilainya, bahkan lebih tinggi dari uang mina. Kata talenta sekarang ini lebih dimaknai sebagai bakat alamiah Jadi lebih tinggi seseorang mempunyai talenta artistik, dia akan sangat kreatif dan dikagumi. Dari kisah ini paling tidak dapat kita ketahui bahwa setiap kita lahir dengan membawa potensi masing masing sesuai apa yang diberikan Bapa. Ibaratnya, Bapa tidak membiarkan anak anaknya terlahir di dunia ini tanpa bekal, bukan?

Dengan bekal itu diharapkan seseorang bisa memiliki ketraampilan untuk mendukung pekerjaan Tuhan dan menghidupi diri sendiri. Penjelasan ini menjawab tudingan yang salah kaprah bahwa perumpamaan talenta inilah yang memicu orang-orang Kristen bersikap kapitalis, yaitu usaha mendapatkan sebanyak mungkin keuntungan dengan menghalalkan segala cara. tetapi sebaliknya perumpamaan tentang talenta menunjukkan bahwa karunia yang tidak sama jumlah nya apabila digunakan dengan kesetiaan yang sama akan diberi upah yang sama pula. Pembaca, angka seratus persen acapkali dilambangkan sebagai suatu kesempurnaan bulatnya tekad dan tercapai nya suatu tujuan. Seratus persen selaln bicara soal maksimalnya suatu nilai pekerjaan.

Jika demikian untuk mencapai nilai seratus persen di hadapan Tuhan ialah memaksimalkan segala sesuatu yang ada pada kita. Komitmen untuk menjalani hidup baru acapkali diikrarkan orang-orang pada waktuwaktu spesial tertentu. Tapi bukan kendala jika mulai hari ini kita membuka komitmen baru untuk menjadi generasi maksimal,karena setiap hari Tuban telah menganugerahkan berkat spesial. Nats penutup dalam perumpamaan talenta diakhiri dengan kata – kata sang Tuan : “Karena setiap orang yang mempunyai kepadanya akan diberi hingga berkelimpahan. Tetapi siapa tidak mempunyai apapun juga yang ada padanya akan diambil”.

Ini berarti bahwa bagi kita yang mau mengembangkan potensi yang ada pada kita maka Tuhan akan memberikan kemampuan lebih dalam mengasahnya bahkan Tuhan berjanji akan campur tangan dalam pencapaian hasil. Tetapi bagi kita yang tidak mau mengembangkan potensi tetapi lebih cenderung menguburnya, maka dengan sendirinya potensi itu akan raib. Hamba yang dipercaya dengan satu talenta menyimpan deposito itu ditempat yang aman (tanah).

Hamba ini takut,dan bagaimanapun, ketakutan mengalahkan kepercayaan dan iman. Yesus mengetahui kemampuan setiap orang Kristen dan Dia mengharapkan adanya pertambahan. Di dalam Kerajaan Allah setiap orang diharapkan Untuk menggunakan sepenuhnya karunia-karunia yang sudab ia terima. Di dalam kerajaan Allah tidak ada tempat bagi pemalas. Aplikasi dari renungan ini ialah jangan hanya mencari apa yang tidak kita miliki tetapi kembangkan potensi yang kita miliki dari Tuhan.

Niscaya, Tuban menghargai orang yang menghargai Anugerah-Nya. Serta jangan mengkhawatirkan apa yang memang tidak bisa kita kerjakan tetapi kbawatirkan apa yang sebenarnya mampu kita kerjakan tetapi kita tidak mengerjakannya… Lakukan apa yang menjadi bagian kita dengan memaksimalkan potensi diri, maka Tuhan akan melakukan apa yang menjadi bagian-Nya dengan mengabulkan doa dan memberkati usaha kita. Amin

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya