SOLOPOS.COM - Ilustrasi parapet. (www.ligneconfederationline.ca).

Solopos.com, SUKOHARJO — Wacana pembangunan parapet dan pompa air di Sukoharjo saat ini masih dalam tahap kajian. Balai Besar Wilayah Sungai Bengawan Solo (BBWSBS) mengatakan pembangunan infrastruktur untuk antisipasi banjir itu masih diupayakan.

“Kami juga gerak cepat, [kami masih] menunggu arahan beliau [Direktorat Jendral Sumber Daya Air] untuk tindakan ke depan. Terkait parapet yang di Sungai Kaliwingko kemarin masuk dalam usulan. Karena kami harus lihat jenis kriterianya, terkait pembebasan lahan harus kami minta tolong dari Pemerintah Kabupaten Sukoharjo,” kata Kepala BBWSBS, Maryadi Utama, Senin (20/2/2023).

Promosi Strategi Telkom Jaga Jaringan Demi Layanan Telekomunikasi Prima

Seperti diketahui pada pekan lalu wilayah Solo dan Sukoharjo mengalami banjir hingga ditetapkan status darurat banjir selama 14 hari sejak Sabtu (18/2/2023). Sementara pompa air dan parapet di Sukoharjo terbilang minim.

Sementara terkait pembangunan parapet dan pompa air di Sukoharjo, Maryadi mengatakan wacana itu digulirkan seusai adanya evaluasi bersama BBWSBS dengan Direktorat Jendral Sumber Daya Air.

Menurutnya pembangunan tersebut masih perlu diidentifikasi. Dia menyebut BBWSBS harus melakukan kajian dan melaporkannya ke Dirjen Sumber Daya Air terlebih dulu sebelum direalisasikan.

Maryadi mengatakan pada 2023-2024 BBWSBS hanya melakukan optimalisasi, pemeliharaan, operasi dan rehabilitasi. Sementara Pemerintah Kabupaten Sukoharjo disebut telah mengajukan penambahan pompa air dan normalisasi Kali Langsur sejak 2017.

“Pada 2023-2024 menjadi masa permintaan terakhir. Jadi sementara kami hanya memelihara pompa yang ada. Untuk pembangunan stasiun pompa baru kami masih menunggu arahan. Normalisasi Kali Langsur sedang kami upayakan,” kata Maryadi.

Sementara itu, terkait pendangkalan Bengawan Solo pihaknya mengatakan sedang melakukan kajian. Namun  terkait hasil kajian tersebut pihaknya belum bisa memastikan karena masih dalam proses.

Dia menyebut pihaknya juga melakukan beberapa upaya penanganan seperti normalisasi aliran sungai untuk Bengawan Solo.

Sementara untuk anak-anak sungai Bengawan Solo di hulu hingga hilir menurutnya sudah banyak dinormalisasi termasuk di beberapa bendung yang ada.

Normalisasi tidak hanya dilakukan di Solo, tetapi juga Kabupaten/Kota lain dari hulu, Wonogiri sampai ke Jawa Timur seperti Tuban, Gresik, Lamongan, Pacitan, dan Mojokerto.

Di sisi lain, terkait rumah yang nyaris ambles di bantaran sungai Bengawan Solo beberapa waktu lalu di Tegalmulyo RT 005/RW 002, Desa Pojok, Kecamatan Tawangsari, Sukoharjo, dia mengatakan beberapa petugas operasi dan pemeliharaan sedang melakukan identifikasi lapangan.

Identifikasi itu juga dilakukan kepada beberapa rumah akibat banjir pada Jumat (17/2/2023) yang cukup besar setelah 16 tahun berlalu. Dia berharap dengan dana yang ada dan terbatas perbaikan segera terealisasi.

“Nanti kami evaluasi dulu ya [rumah ambles di Tawangsari] karena kami belum melihat jenis kriterianya, ada lahan yang harus dibebaskan, ada wewenang dari kabupaten seperti apa. Nanti [dampak rumah ambles akibat abrasi Bengawan Solo] bisa disampaikan melalui kadis PUPR masing-masing,” kata Maryadi.

Sementara terkait pengawasan untuk tata ruang bangunan di bantaran sungai, sempadan dan lainnya. Dia mengatakan hal tersebut menjadi kewenangan Tim Penyidik Pegawai Negeri Sipil (PPNS) BBWS.

Menurutnya mereka selalu mengevaluasi pemanfaatan bantaran sungai termasuk melakukan teguran melalui surat dalam upaya pencegahan banjir.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya