SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

<p><strong>Semarangpos.com, JAKARTA &mdash;</strong> Balai Besar Teknologi Pencegahan dan Pencemaran Industri (BBTPPI) Semarang sebagai unit teknis di bawah Badan Penelitian dan Pengembangan Industri (BPPI) Kementerian Perindustrian menciptakan reaktor elektrokatalitik pengolah air limbah portabel yang tepat digunakan industri pewarwaan kain. Dibanding teknologi pengolahan limbah konvensional, reaktor pengolah air limbah berteknologi baru ini lebih hemat biaya.</p><p>&ldquo;Reaktor elektrokatalitik pengolah air limbah rancangan peneliti BBTPPI itu memiliki keunggulan utama, yaitu dirancang dalam unit portable, sehingga mudah diaplikasikan untuk berbagai ukuran skala industri, terutama yang dilakukan oleh industri kecil dan menengah [IKM],&rdquo; papar Kepala BPPI Kemenperin Ngakan Timur Antara dalam keterangannya yang diterima Kantor Berita Antara di Jakarta, Sabtu (14/1/2018).</p><p>Menurutnya, beberapa kelebihan lain dari reaktor ini di antaranya adalah mudah dioperasikan, prosesnya cepat, tidak membutuhkan ruang yang besar, dan tidak menghasilkan <em>sludge</em>. Teknologi ini disebutnya sangat efektif untuk pengolahan air limbah dengan karakter polutan utama berasal dari zat warna reaktif, kandungan suspensi rendah, konsentrasi ion hidrogen dari larutan (pH) cenderung asam, dan debit tidak besar.</p><p>&ldquo;Lebih lanjut, pada kondisi optimal, reaktor elektrokatalitik ini mampu mereduksi polutan warna hingga 79%,&rdquo; jelas Ngakan. Bahkan, imbuhnya, secara nilai ekonomi, biaya operasional alat ini lebih murah dibandingkan dengan metode konvensional sehingga lebih hemat biaya. Apabila dibandingkan dengan teknologi pengolahan limbah konvensional, urainya, diperoleh potensi penghematan biaya pengolahan limbah hingga Rp1.600/m3 air limbah.</p><p>Sektor manufaktur yang berpotensi menggunakan teknologi tersebut, menurut Ngakan adalah industri pewarnaan tekstil. Sektor ini sebagian besar terpusat di Pulau Jawa dengan skala produksi bervariasi, mulai dari kecil, sedang hingga besar.</p><p>&ldquo;Untuk skala kecil, beberapa pusat populasi industri pewarnaan tekstil di Jawa Tengah terdapat di daerah Sragen, Sukoharjo dan Solo,&rdquo; ujarnya.</p><p>Khusus di wilayah Kabupaten Sragen, jumlah unit usaha yang bergerak di industri pewarnaan ini tak kurang dari 4.500 industri dengan jumlah perajin lebih dari 12.000 orang dengan lingkup proses meliputi batik, celup, cap, dan printing. &ldquo;Perajin batik di Sragen, setiap bulannya, sedikitnya mampu memproduksi sebanyak 1,2 juta potong bahan batik untuk konsumsi pasar domestik,&rdquo; terang Ngakan.</p><p>Dengan dampak positifnya terhadap perekonomian, industri pewarnaan tekstil ini juga diharapkan dapat semakin meminimalkan dampak timbulnya limbah yang dihasilkan. "Terutama yang berasal dari proses pewarnaan dan <em>finishing</em>-nya, sehingga tujuan implementasi industri hijau, yaitu menyelaraskan pembangunan industri dengan kelestarian fungsi lingkungan hidup serta dapat memberi manfaat bagi masyarakat dapat tercapai,&rdquo; tutur Ngakan.</p><p>Industri pewarnaan merupakan salah satu subsektor industri tekstil, di mana industri tekstil sudah sejak lama menjadi salah satu sektor penopang pertumbuhan ekonomi nasional. Pada tahun 2017, tercatat industri tekstil dan pakaian jadi tumbuh 3,76%. Sektor industri ini juga berkontribusi 6,19% terhadap total PDB industri pengolahan non migas dengan nilai total ekspor mencapai US$12,59 miliar. Industri tekstil dan produk tekstil juga menyerap 3,58 juta tenaga kerja atau 21,05% dari total tenaga kerja di sektor manufaktur.</p><p>&nbsp;</p>

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya