SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

Boyolali (Espos)–Balai Besar Teknologi Kesehatan Lingkungan dan Pemberantasan Penyakit Menular (BBTKL-PPM) Yogyakarta dan Surabaya melakukan pengukuran kualitas udara di wilayah Kecamatan Selo, pasca hujan abu vulkanik Merapi, Kamis (18/11).

Selain kualitas udara, petugas juga melakukan pengukuran suhu di kawasan rawan bencana yang berada di lereng Gunung Merapi tersebut. Pengukuran dilakukan di depan Puskesmas Selo yang berjarak sekitar lima kilometer dari puncak Merapi.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Salah seorang petugas Surwati mengatakan pengukuran kualitas udara itu antara lain untuk mengetahui kandungan debu di Selo. Dijelaskan Surwati, sesuai PP No 41/1999 tentang Baku Mutu Udara Bebas, baku mutu udara normal yakni 150 mikrogram/meter kubik. Sedang, total suspended particular (TSP) atau debu total mencapai 230 mikrogram/meter kubik.

“Hasil dari pengukuran itu tidak bisa diketahui langsung, karena harus diolah di laboratorium,” papar dia kepada wartawan di sela-sela pengukuran.

Dijelaskan Surwati, secara visual sudah dapat diketahui, jika kualitas udara di Selo saat ini tidak bagus. Hal itu dikarenakan tebalnya debu vulkanik di seluruh wilayah di lereng Merapi.

“Secara visual telah jelas tidak bagus. Banyak debu beterbangan. Baku mutunya 0,15 gram/meter kubik, tetapi saat ini bisa lebih dari angka satu,” papar dia.

Dengan kondisi itu, seharusnya wilayah yang tertutup abu vulkanik itu belum layak dihuni. Pasalnya, abu vulkanik itu cukup tebal bisa menganggu kesehatan, terutama pernafasan.

fid

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya